Wihara kecil ini masih aktif digunakan sebagai tempat sembahyang. Bahkan, selain berfoto, beberapa pengunjung tampak turut menyalakan dupa di pelatarannya.
Sebuah ember kecil berwarna merah tergantung di iring-iringan yang juga berisi sejumlah sesaji.
Frans, yang merupakan warga asli Singkawang, mengatakan bahwa air di dalam ember tersebut merupakan air suci yang juga kerap digunakan untuk menyiprati para tatung saat sedang atraksi.
Baca juga:
"Biasanya air suci, sudah ada semacam doanya, dicipratkan juga ke tatung yang lagi kesurupan roh waktu atraksi, biar rohnya enggak kabur dan tetap di tubuh tatung," terang Frans kepada Kompas.com, Selasa (15/2/2022).
Adapun untuk sesaji, umumnya masyarakat Tionghoa menggunakan buah-buahan yang memiliki arti baik dalam bahasa Mandarin, seperti jeruk dan pisang.
Sedangkan buah yang paling tabu untuk dijadikan sebagai sesaji adalah buah pir.
"Pir itu tidak boleh digunakan untuk sesaji, karena bahasa Mandarin untuk buah pir adalah lee yang terdengar mirip dengan kata berpisah atau meninggalkan, yaitu lí dan dianggap nasib buruk," terang Frans.
Wisatawan yang ingin berkunjung ke kelenteng dianjurkan untuk memakai topi, dan sepatu yang nyaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.