Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Gubernur NTT Terpikat Tarian Caci Manggarai di Kampung Mukun...

Kompas.com - 20/04/2022, 17:39 WIB
Markus Makur,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Orang Manggarai Timur dan Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) merawat dan melestarikan budaya caci.

Caci sendiri adalah sebuah tarian yang dipraktikkan oleh laki-laki.

Ca artinya satu, sementara ci artinya menari. Sehingga, caci bisa diartikan sebagai aktivitas menari satu-satu di lapangan terbuka.

Baca juga: Kampung Sikka NTT Diharapkan Jadi Pilihan Destinasi Wisata Rohani

Tarian ini biasa dilakukan di halaman kampung. Mereka yang mempraktikannya menari sambil bertarung satu lawan satu dengan sebuah cemeti.

Cemeti sendiri adalah sebuah alat yang terbuat dari ijuk dan kulit kerbau.

Meski disebut "bertarung", namun mereka yang berhadapan tidak saling berkelahi, melainkan sebuah atraksi budaya.

Ketika salah seorang memukul dengan cemeti, lawannya akan menangkis dengan sebuah alat bernama nggiling.

Nggiling diambil dari Bahasa Manggarai. Alat tersebut berbentuk semacam tameng bulat dan terbuat dari kulit kambing atau kulit kerbau.

Para penari caci juga sembari menyanyi untuk memberikan semangat bagi dirinya serta para penonton dan timnya.

Baca juga:

Untuk memperindah penampilan, setiap penari memakai celana panjang, dibalut dengan kain songke di bagian pinggang, sementar bagian atas pinggang terbuka. Sementara bagian kepala ditutup dengan kain sapu.

Saat seorang penari menangkis pukulan cemeti, bagian wajahnya tertutup dan hanya bagian mata yang terlihat.

Adapun tarian caci dipentaskan saat upacara kampung, seperti upacara puncak perkawinan Manggarai yang disebut wagal, peresmian kampung, peresmian rumah adat, mbaru gendang, berbagai ritual syukuran, dan lainnya.

Pada Minggu (17/04/2022), Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) didampingi Bupati Matim Agas Andreas, mendapat sambutan dari masyarakat Mukun, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, NTT saat melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke daerah tersebut.

Baca juga:

Orang nomor satu di NTT itu merasa terpikat dan terhibur dengan pertunjukan tarian caci yang dibawakan sejumlah penari laki-laki di halaman susteran Biara Spoleto Paroki Mukun.

Dalam permainan tarian caci tersebut yang bertindak sebagai tuan rumah Kecamatan Kota Komba Utara. Sedangkan 'meka landang' (tamu undangan) dari Kecamatan Borong.

Setelah itu, dilaksanakan pula paki reis.

Paki reis dilaksanakan oleh Gubernur NTT sebagai tamu kebesaran dalam atraksi tarian caci tersebut.

Paki artinya memukul, sementara reis artinya menyapa atau menyambut.

Pada kesempatan tersebut, Viktor Laiskodat sempat memberikan pecutannya ke tubuh seorang penari caci dan bergembira bersama.

Tokoh masyarakat Manggarai Timur asal Kota Komba Utara, Geradus Radu menyampaikan, tarian caci yang dipentaskan sengaja dirancang agar budaya tarian caci asal Flores bisa disaksikan langsung oleh Gubernur NTT, Bapak Viktor Laiskodat.

"Kami sengaja membuat pementasan budaya caci agar bapa Gubernur bisa menikmati dan melihat secara langsung budaya ini. Sebab, tarian caci bisa menjadi magnet wisata dari sisi budaya," ungkapannya.

Baca juga:

Ia menyebutkan, penampilan tarian caci adalah untuk dapat dilestarikan nilai budayanya dengan baik dari generasi ke generasi. Menurutnya, tarian caci bisa menjadi pesan untuk menjalin kerjasama dengan pihak lain dengan dasar kebersamaan.

Di samping itu, Geradus berharap agar lebih banyak generasi muda Manggarai Timur yang terlibat dalam permainan caci ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com