KOMPAS.com - Pengunjung dari berbagai usia terlihat memadati Festival Budaya Luhak Nan Tigo yang kembali digelar pada tahun 2022 di Lapangan Bola Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, setelah dua tahun ditiadakan akibat pandemi Covid-19.
Hari pertama festival kebudayaan dan kuliner Minangkabau yang berlangsung pada hari ini, Jumat (22/07/022), berjalan dengan cukup meriah.
“Acara ini dalam rangka mempererat tali silaturahmi khususnya antara warga Minang di Jabodetabek,” ujar Ketua Pelaksana kegiatan, Bobby, saat ditemui Kompas.com, Jumat.
“Selain mempererat silaturahmi, juga memperkenalkan budaya dan kuliner Minangkabau ini kepada siapapun,” tambahnya.
Baca juga: 10 Kosakata Bahasa Minang Dasar bagi Traveler dan Artinya
Ia melanjutkan, selain diperuntukkan bagi orang-orang asal Minang, festival ini juga untuk memperkenalkan kekayaan budaya serta kuliner khas Sumatera Barat kepada masyarakat umum.
Oleh karena itu, ia berharap agar masyarakat dapat ikut menikmati aneka pertunjukan serta hidangan yang ditawarkan.
“Acara ini terbuka untuk umum, bukan hanya untuk kalangan orang Minang. Tidak ada pemungutan biaya, gratis masuk,” tuturnya.
Baca juga: Itinerary Wisata Padang-Bukittinggi 3 Hari 2 Malam, Indahnya Ranah Minang
View this post on Instagram
Selain pertunjukan, terdapat aneka bazar kuliner yang diisi oleh UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dari Sumatera Barat dan sekitar Jakarta.
Tak hanya itu, beragam booth oleh-oleh khas Sumatera Barat juga melengkapi festival ini.
“Totalnya ada 53 booth, akan hadir selama tiga hari,” kata Bobby.
Dari gerbang masuk, Kompas.com langsung melihat aneka booth makanan dan minuman yang tertata dengan rapi. Di bagian depan terdapat panggung utama yang menggelar aneka penampilan seni.
Saat sore tiba, semakin banyak pengunjung yang berkeliling dan menyicipi aneka hidangan. Dari nasi kapau, sate padang, sate danguang-danguang, bubur kampiun, hingga beragam oleh-oleh khas, seperti sanjai dan keripik rendang.
Obrolan dan sapaan khas Minang pun terdengar silih berganti, antara penjual dengan pembeli, serta antar pengunjung yang datang beramai-ramai.
Baca juga: Cerita di Balik Tradisi Kuliner Minang yang Memikat
Terlihat juga penampilan tambua tasa, suatu kesenian khas daerah Pariaman, Sumatera Barat, yang dibawakan oleh Sanggar Rantak Sadaran.
Bentuknya berupa alat musik perkusi yang terdiri dari dua alat musik yaitu gandang tambua dan gandang tasa, yang dimainkan oleh tujuh orang.
Bobby mengatakan, kesenian ini menjadi pembuka untuk mengundang perhatian para pengunjung agar tercipta suasana keramaian.
Selanjutnya, panggung utama diisi oleh para penyanyi asal Minang, seperti salah satunya Anto Barau.
Baca juga: Apa Itu Pacu Jawi? Balapan Sapi Khas Minang yang Dijajal Gordon Ramsay
Pada malam hari, sekitar pukul 20.00 WIB, tepat di bawah panggung utama, diputarkan kumpulan film pendek dari Docukids: Sinema Terang Bulan, yang merupakan karya asli anak-anak di Sumatera Barat.
Film tersebut mengisahkan keseharian anak-anak yang diceritakan dengan gaya narasi dan sudut pandang sederhana mereka.
Salah satu film, berjudul Pandu dan Hobinya, bercerita tentang seorang anak SD bernama Pandu yang memiliki hobi berburu. Ia juga membawa hewan peliharaannya berupa anjing, sekaligus merawat dan mengurusi mereka.
“Film ini dibuat bersama anak-anak, dengan tujuan agar anak-anak dari daerah pun bisa buat karya kayak gini, dengan kemauan mereka bisa menghasilkan film seperti tadi,” ujar Direktur Program Docukids, Rayhan Dzaki Sulthan
Apalagi, menurutnya, pada zaman modern seperti saat ini, ponsel pintar sudah dilengkapi dengan kamera berkualitas canggih sehingga berkarya pun menjadi lebih mudah.
“Enggak harus pake kamera bagus, tinggal mengarahkan anak-anak menggunakan HP (handphone) untuk hal-hal yang berguna,” tuturnya.
Baca juga: 4 Tempat Rekomendasi Menyantap Masakan Minang di Jakarta
Semakin malam, suasana pun terasa semakin semarak. Para pengunjung mulai memadati area kursi di depan panggung utama.
Tak hanya itu, dendangan lagu tradisional Minangkabau yang dinyanyikan oleh pengisi acara terus berkumandang. Bahkan, tak sedikit pengunjung yang ikut menari dan maju ke depan panggung.
Selanjutnya, penampilan seni, seperti tari bagurau dan tari piring, juga dibawakan oleh para penari dari Sanggar Minang.
Penampilan pada hari pertama pun ditutup dengan beberapa lagu terakhir, seperti salah satunya “Malam Bainai”.
Baca juga: Padang Pariaman Punya Desa dengan Mangrove dan Pusat Wisata Religi
Pengunjung juga terlihat antusias dan ikut menikmati lagu-lagu serta penampilan yang dibawakan, seperti yang disampaikan salah satu pengunjung bernama Putri.
“Suasananya seru, berasa pulang kampung, di sini juga ketemu makanan zaman dulu yang udah jarang ditemui seperti lompong sagu,” kata perempuan kelahiran Kota Padang ini.
Jika tertarik berkunjung, Festival Budaya Luhak Nan Tigo masih akan digelar dalam dua hari ke depan, yaitu Sabtu dan Minggu, 23-24 Juli 2022.
Festival ini bisa ditemukan di Lapangan Bola Masjid Agung Al-Azhar, Jalan Sisingamangaraja Nomor 12, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kegiatan festival berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 22.00 WIB.
Baca juga: 5 Oleh-oleh Serba Manis Khas Padang, Sumatera Barat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.