ALOR, KOMPAS.com - Nusa Tenggara Timur (NTT) punya sederet daya tarik alam bawah laut yang mempesona, salah satunya lewat kehadiran Mawar, dugong jantan penghuni Teluk Kabola di kawasan SAP (Suaka Alam Perairan) Selat Pantar, Alor.
Menurut cerita One Simuslaa, perintis konservasi sekaligus mitra WWF Indonesia di Alor sejak 2013, dirinya bertemu dengan Mawar pada tahun 1999 bersama satu ekor dugong betina lain yang diberi nama Melati.
Baca juga: 5 Fakta Suku Abui di Alor NTT, Hidup Tanpa Listrik
"Saya bertemu dengan dugong ini sejak 1999, masih kecil, dua ekor, jantan dan betina. Setiap sore hari saya pulang dari laut, dugong ini selalu mengikuti saya. Begitu hingga tiga hari berturut. Sampai sekarang, jika saya menjulurkan tangan ke lokasi dugong itu, dia akan muncul dan mencium tangan saya. Sejak itulah saya mulai mengasuh dia," kata One Simuslaa kepada Kompas.com dalam Reward Trip ke Alor bersama Epson X Yayasan WWF Indonesia, Sabtu (27/8/2022).
Sebagian orang mungkin bertanya-tanya mengapa seekor dugong jantan diberi nama "Mawar", yang identik dengan perempuan atau jika hewan, betina.
Baca juga: Pesona Watu Peti NTT, Konon Dulunya Peti Harta Karun Putri Kerajaan
Ternyata, saat ditemukan belum diketahui bahwa Mawar adalah dugong jantan. Setelah diketahui jantan, orang-orang sekitar biasa memanggilnya "Mawardi".
"Namanya itu Mawar, cuma karena ternyata jantan jadi orang-orang pada nambahin "di". Jadi Mawardi, tapi kalau dipanggil tetap Mawar," ujar One.
Mawar bisa ditemui menggunakan kapal nelayan lokal, dengan perjalanan sekitar lima menit dari tepi pantai Mali.
Satu buah kapal bisa memuat sekitar lima sampai tujuh orang tamu, dengan dua orang nelayan pendamping.
Baca juga: Desa Marisa di Pulau Kangge NTT Garap 3 Situs Ekowisata
Nantinya, nelayan tersebut akan memanggil Mawar untuk muncul ke permukaan, menyapa tamu.
Wisatawan yang ingin bertemu dengan mawar bisa membayar biaya kontribusi, sesuai dengan peraturan yang disepakati pihak pengelola dengan pemda setempat.
Masyarakat lokal Alor dikenakan tarif Rp 100.000 per orang. Sementara masyarakat dari luar Alor Rp 150.000 per orang dan wisatawan asing sebesar Rp 200.000 per orang.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Kehidupan Suku Abui di Desa Adat Takpala Alor, NTT
Menurut One, angka tersebut sudah termasuk biaya pengawasan dugong dan konservasi, seperti penanaman lamun atau rumput laut yang menjadi makanan dugong.
"Jadi tamu membayar sekaligus berkontribusi untuk konservasi dugong," terang One.
Durasi wisatawan untuk berada di atas laut dan melihat dugong adalah sekitar 30 menit.
"Aturan yang ini saya bikin setelah mengamati perilaku dugong, lalu menyerahkannya kepada pemda," imbuhnya.
Baca juga: Wisata Sepanjang Trans Pantai Utara NTT, Labuan Bajo hingga Flores Timur
Sebagai mamalia yang bernapas dengan paru-paru, Mawar akan muncul sekali setiap 9-10 menit untuk menghirup udara melalui lubang hidungnya ke permukaan air. Saat inilah pengunjung bisa melihat langsung sosok Mawar, si dugong jantan penghuni Teluk Kabola di kawasan SAP (Suaka Alam Perairan) Selat Pantar, Alor, NTT.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.