Benteng Revengie atau Benteng Revenge berasal dari bahasa Belanda yaitu Fort der Wrake. Secara harfiah, artinya adalah "Benteng Pembalasan Dendam”.
Benteng ini dibangun oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda di Pulau Ay pada tahun 1616.
Baca juga: Jelang HUT Ke-77 RI, Kuota Pendakian Gunung Binaiya Maluku Penuh
Salah satu kegunaan Benteng Revengie, menurut papan informasi tersebut, untuk memantau kapal-kapal yang masuk ke perairan. Dengan demikian, prajurit Belanda di Benteng Revengie bisa mengirimkan sinyal kepada prajurit yang ada di Benteng Belgica di Banda Neira.
Saat diperhatikan, benteng ini memiliki bentuk pentagon (segi lima) yang memiliki menara di tiap sisi.
Sayangnya, Benteng Revengie mengalami kerusakan yang cukup parah, saat gempa bumi terjadi tahun 1683, sehingga bastion yang menghadap ke laut juga runtuh.
Pada 1748, Revengie digunakan sebagai tempat pengasingan para pejabat VOC yang melakukan tindak kriminal.
Baca juga: 5 Keindahan Maluku Utara, Provinsi dengan Penduduk Paling Bahagia
Lima tahun kemudian, benteng ini direnovasi dan terus digunakan hingga akhir abad ke-10.
Meski sudah tidak lagi utuh, jejak-jejak peninggalan bangunan berupa reruntuhan berbentuk segi lima masih agak jelas terlihat.
Destinasi selanjutnya, masih seputar situs bersejarah, yaitu sebuah gereja tua berusia 400 tahun lebih.
Menurut penjelasan penduduk sekitar, Gereja Betlehem dibangun pada tahun 1611, menjadi salah satu gereja tertua di Asia Tenggara.
Sudah tidak berfungsi sejak lama, gereja tua Betlehem di pulau Ay nampak memiliki sisa bangunan yang cukup berbentuk.
Sementara, di depan bangunan gereja tua itu terdapat beberapa makam orang Belanda.
Lalu, ada sebuah perigi di sebelah kanan bangunan gereja. Sama seperti bangunan, perigi tersebut sudah tidak berfungsi lagi.
Baca juga: 5 Rekomendasi Penginapan di Kepulauan Kei Maluku, Ada yang di Tepi Pantai
Pemerintah Provinsi Maluku membuat papan informasi di depan gereja bahwa bangunan tersebut situs peninggalan sejarah yang dilindungi negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.