KOMPAS.com - Tak hanya Banda Neira, gugusan pulau Banda terdiri dari sejumlah destinasi yang menarik, seperti salah satunya Pulau Ay.
Pulau ini dapat dicapai dengan menaiki perahu fiber berdurasi kurang lebih satu jam dari Banda Neira.
Baca juga: 6 Fakta Banda Neira, Pulau Cantik Tempat Pengasingan Bung Hatta
Setelah berlayar di antara lautan dan alam eksotis nan indah, kapal pengunjung akan merapat di pinggir dermaga.
Dari dermaga, pengunjung disambut dengan sebuah gerbang pintu masuk bertuliskan “Selamat Datang di Desa Ay”.
Sebelum memasuki dan menjelajah pulau Ay, pengunjung bisa membayar retribusi sebesar Rp 25.000 per orang untuk konservasi dan pemeliharaan situs-situs bersejarah.
Menurut Kasi Pemerintahan Pulau Ay bernama Bahar, pulau berpenduduk sekitar 1.400 jiwa ini dulunya merupakan tempat Inggris melatih para pejuang setempat untuk mempertahankan diri dari serbuan Belanda pada 1615.
Baca juga: 3 Pulau di Banda Maluku yang Cocok untuk Island Hopping Seharian
Saat menginjakkan kaki di pulau Ay, Senin (31/10/2022), cuacanya cukup panas dan terik.
Kendati Bahar menyebutkan bahwa air bersih sulit diperoleh, Pulau Ay memiliki beragam tumbuhan, bunga, dan aneka buah yang dapat tumbuh dengan subur.
“Pulau Ay punya lumbung makanan. Sayur mayur, singkong, pisang, setiap hari kami ekspor ke sekitar Banda dan luar Banda juga,” katanya.
Baca juga: Bersih-bersih Pantai Banda Neira Kumpulkan 221 Kilogram Sampah
Tak hanya itu, ia melanjutkan, hasil pertanian seperti pala, cengkih, kenari, kangkung, mentimun, jagung, tomat, dan lainnya juga berlimpah.
Selain hasil perkebunan dan pertanian, sumber perikanan juga menjadi salah satu mata pencaharian para penduduk di pulau yang dikelilingi oleh lautan ini.
Sepanjang perjalanan mengelilingi Pulau Ay, terlihat permukiman penduduk yang sebagian besar orangnya nampak sedang menjemur pala.
Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di Pulau Ay, didominasi oleh wisata sejarah.
Di antaranya seperti mengunjungi Gereja Tua Betlehem, makam-makam Belanda di gereja tersebut, Gerbang Matalenco, Benteng Revengie, Masjid Nur Ay, Rumah Adat Olisiwa, snorkeling, dan melihat Perkebunan (Perk) Welvaren.
“Di sini ada dua benteng, salah satunya Benteng Revengie, ada Gereja Tua, snorkeling juga bisa,” terang Bahar.
Baca juga: Istana Mini di Banda Neira Maluku Diusulkan Jadi Istana Kepresidenan
Pemberhentian pertama Kompas.com adalah Gerbang Matalenco.
Gerbang berusia ratusan tahun ini memiliki pahatan berbahasa Belanda yang tulisannya sudah agak pudar, meski masih sedikit terbaca bertuliskan “Matalenco”.
Melanjutkan perjalanan, terlihat sebuah papan informasi mengenai Benteng Revengie.
Benteng Revengie atau Benteng Revenge berasal dari bahasa Belanda yaitu Fort der Wrake. Secara harfiah, artinya adalah "Benteng Pembalasan Dendam”.
Benteng ini dibangun oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda di Pulau Ay pada tahun 1616.
Baca juga: Jelang HUT Ke-77 RI, Kuota Pendakian Gunung Binaiya Maluku Penuh
Salah satu kegunaan Benteng Revengie, menurut papan informasi tersebut, untuk memantau kapal-kapal yang masuk ke perairan. Dengan demikian, prajurit Belanda di Benteng Revengie bisa mengirimkan sinyal kepada prajurit yang ada di Benteng Belgica di Banda Neira.
Saat diperhatikan, benteng ini memiliki bentuk pentagon (segi lima) yang memiliki menara di tiap sisi.
Sayangnya, Benteng Revengie mengalami kerusakan yang cukup parah, saat gempa bumi terjadi tahun 1683, sehingga bastion yang menghadap ke laut juga runtuh.
Pada 1748, Revengie digunakan sebagai tempat pengasingan para pejabat VOC yang melakukan tindak kriminal.
Baca juga: 5 Keindahan Maluku Utara, Provinsi dengan Penduduk Paling Bahagia
Lima tahun kemudian, benteng ini direnovasi dan terus digunakan hingga akhir abad ke-10.
Meski sudah tidak lagi utuh, jejak-jejak peninggalan bangunan berupa reruntuhan berbentuk segi lima masih agak jelas terlihat.
Destinasi selanjutnya, masih seputar situs bersejarah, yaitu sebuah gereja tua berusia 400 tahun lebih.
Menurut penjelasan penduduk sekitar, Gereja Betlehem dibangun pada tahun 1611, menjadi salah satu gereja tertua di Asia Tenggara.
Sudah tidak berfungsi sejak lama, gereja tua Betlehem di pulau Ay nampak memiliki sisa bangunan yang cukup berbentuk.
Sementara, di depan bangunan gereja tua itu terdapat beberapa makam orang Belanda.
Lalu, ada sebuah perigi di sebelah kanan bangunan gereja. Sama seperti bangunan, perigi tersebut sudah tidak berfungsi lagi.
Baca juga: 5 Rekomendasi Penginapan di Kepulauan Kei Maluku, Ada yang di Tepi Pantai
Pemerintah Provinsi Maluku membuat papan informasi di depan gereja bahwa bangunan tersebut situs peninggalan sejarah yang dilindungi negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.