Lalu, ada karya yang terbuat dari kumpulan bingkai jendela tua yang dikumpulkan oleh Shiota saat berada di Berlin, Jerman.
Adapun sang seniman mulai mengumpulkan jendela tersebut pasca-runtuhnya Tembok Berlin, yang menyebabkan banyak puing-puing. Kebetulan, lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal Shiota.
"Ini lebih berfokus pada konsep kulit. Baginya, kulit manusia adalah kulit pertama, pakaian yang dikenakan adalah kulit yang kedua, lalu tembok atau apa pun yang mengelilingi adalah kulit ketiga," jelas Asri.
Baca juga: 7 Kafe di Kota Tua Jakarta, buat Pilihan Nongkrong
Kemudian, karya unik lainnya menampilkan koper-koper yang digantung dengan tali merah, ditampilkan seolah-seolah bergerak seperti sedang berjalan.
Awalnya, kata Asri, Shiota gemar ke pasar loak untuk mencari barang-barang antik. Pada suatu hari, Shiota menemukan koper tua berisi surat kabar yang membuat ia tertarik dan perlahan gemar mengumpulkan koper.
"Di dalam koper ini terdapat obyek yang menyimpan memori dari orang asing. Semenjak saat itu beliau mulai mengumpulkan koper ini semakin lama semakin banyak," ujar Asri.
Jika sebelumnya simbol perahu merupakan sesuatu yang mengangkut seseorang dalam sebuah perjalanan, bagi Shiota, koper merupakan perantara yang menyimpan barang-barang atau memori.
"Koper tersebut menjadi perantara manusia dan perahu, bagaimana sesorang menyimpan memori di dalam koper," tambah Asri.
Baca juga: Panduan ke Pameran Keris Bentara Budaya Jakarta, Jam Buka dan Akses
Selain ketujuh instalasi di atas, pengunjung bisa menemukan karya-karya Chiharu Shiota lainnya yang bermakna. Tiap karya juga diberi informasi tertulis sehingga memudahkan pengunjung untuk memahami maknanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.