Museum Benteng Heritage menyimpan koleksi perlengkapan pernikahan peranakan Tionghoa yang cukup lengkap.
Mulai dari pakaian adat yang dikenakan oleh pengantin saat pernikahan, pernak pernik adat yang dikenakan oleh pengantin, serta alat musik yang digunakan untuk mengisi acara pernikahan.
Baca juga: Cara ke Museum Benteng Heritage Naik KRL, Turun di Stasiun Tangerang
Warna pakaian pengantin yang dikenakan oleh peranakan Tionghoa pada zaman dahulu sudah mengalami akulturasi dengan budaya lokal, yakni Sunda dan Betawi.
Ini dapat dilihat dari kontrasnya warna pakaian bagian atas (warna merah) dan pakaian bagian bawah (warna hijau).
Tidak hanya itu. Bentuk hiasan kepala yang dikenakan oleh pengantin peranakan Tionghoa nampak hampir mirip dengan hiasan kepala adat suku Betawi.
Di sini juga dipajang bentuk ranjang yang digunakan pengantin peranakan Tionghoa usai menikah.
Semua rangka ranjang terbuat dari kayu kokoh, lengkap dengan bantal berbentuk balok yang dibuat dari anyaman rotan.
Baca juga: Panduan Lengkap Wisata ke Museum Benteng Heritage Tangerang
Jika membahas seputar pernikahan, tentu tidak lepas dari bahasan seserahan.
Di Museum Benteng Heritage terdapat sangjit, yaitu seserahan yang dibawa saat acara pernikahan peranakan Tionghoa.
Bagi adat Tionghoa, sangjit dibawa oleh pihak pengantin laki-laki dan nantinya diberikan kepada pihak pengantin perempuan.
"Isinya (sangjit) berupa makanan seperti kue-kue. Tergantung mahar, tapi sekarang sudah diganti dengan parsel," kata Martin.
Tepat di bagian tengah lantai dua museum, terdapat empat pilar kokoh yang dihiasi relief pada bagian atasnya.
Menurut penjelasan Martin, relief yang menghiasi bangunan ini dulunya masih berwarna hitam karena tertutup debu.
Barulah setelah dilakukan restorasi dan pembersihan, warna asli relief muncul kembali.
Baca juga: Itenarary Seharian di Kawasan Pasar Lama Tangerang
Relief yang ada di Museum Benteng Heritage masih asli, dan diperkirakan sudah ada sejak bangunan museum dibangun pada 1407.
"Relief ini merupakan sebuah batu besar yang diangkat ke atas, dipahat, lalu ditempel dengan keramik-keramik pecah," jelas Martin.
View this post on Instagram