Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ceriak Nerang di Bangka, Tradisi Menyuruh Pulang Roh Halus dengan Kapal

Kompas.com - 07/03/2023, 11:05 WIB
Heru Dahnur ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

Selanjutnya, bantal, tikar, dan guling terbuat dari daun kelapa tua yang berwarna hijau. Dalam bahasa manusia, bantal ini dalam kehidupan bertani adalah suyak yang disandang oleh para petani ketika berkebun.

Baca juga: Puri Tri Agung di Bangka yang Pas Dikunjungi Saat Imlek

Sementara, dalam bahasa roh halus dinamai menjadi bantal mereka untuk tidur. Dalam hal ini, bantal tersebut diisi dengan 7 butir beras sebagai sesajen untuk roh halus.

Guling  dalam bahasa manusia adalah tempat atau wadah untuk menaruh bibit, sementara dalam bahasa roh halus dinamai guling/kenceng.

Tikar dalam bahasa manusia adalah tempat untuk mejemur padi ketika panen, sementara tikar dalam bahasa roh halus sebagai tempat tidur. Ketiga perlengkapan ini dibuat masing-masing sebanyak 7.  

Persiapan dilaksanakan di rumah Bapak Zamhur yang merupakan pewaris turun temurun ritual ini. Sementara dukun daratnya adalah Bapak Bujel. Persiapan dilakukan dari pagi hingga sore, yang dimana proses persiapan ini dilakukan secara gotong royong antar panitianya.

Baca juga: Bangka Belitung Fokus Wujudkan Pariwisata Bebas Nyamuk

Panitia perempuan mempersiapkan sesajen untuk roh halus. Sementara, panitia laki-laki menyiapkan perahu ritual untuk untuk menaruh sesajen.

Beberapa perlengkapan berjumlah 7, dikarenakan roh halus yang biasanya hadir saat ritual berjumlah 7 yang diyakini sebagai peri padi sekaligus melambangkan 7 penyakit zaman dahulu.

Saat ritual dilaksanakan, pembimbing spritualnya harus berwudhu terlebih dahulu. Kemudian menyiapkan materi ritual seperti lilin, membakar kemenyan, menyajikan bahan ritual.

Ia lalu meruwat berbagai permintaan masyarakat atau sebagai perantara permohonan masyarakat yang ingin disampaikan melalui dukun darat.

Arak-arakan Ceriak Nerang

Kemudian dilakukan arak-arakan dari balai desa dengan menggotong perahu sesaji/ritual oleh masyarakat diiringi alunan musik yang terdiri dari dua gendang menuju lokasi ritual di hutan larangan yang berjarak sekitar 500 meter dari Balai desa.

Tiba di lokasi, perahu ritual diletakkan pada sanggahan kayu yang telah disiapkan kemudian dilanjutkan dengan doa dan rapalan pembicaraan dukun darat dengan roh halus untuk tidak mengganggu masyarakat sekitar dan hidup secara harmonis dengan manusia.

Setelah selesai ritual ini, rombongan kembali ke balai desa untuk acara selanjutnya yakni doa bersama dan jampi kesehatan bagi masyarakat sekitar agar terhindar dari wabah penyakit. Acara ditutup dengan acara hiburan tradisi setempat yakni musik dan tari campak.

Denda larangan

Pada waktu dahulu, ketika di era kepemimpinan kampong oleh para Batin, diberlakukan hukum denda bagi masyarakat di waktu antara perayaan ceriak ngelam hingga ceriak nerang.

Pada antara waktu tersebut, warga dilarang untuk melakukan perayaan seperti pernikahan dan lainnya. Jika melanggar, diberikan denda berupa wajib mencari bahan material ritual ceriak nerang.

Baca juga: 10 Wisata Sejarah Bangka Belitung, Ada Tambang Terbuka Pertama Asia Tenggara

Saat ini denda tersebut diganti dengan uang senilai Rp 100.000 yang diserahkan langsung kepada dukun darat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pecinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pecinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

Travel Update
Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Travel Update
Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Travel Update
Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Travel Update
P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Travel Update
Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Jalan Jalan
5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

Jalan Jalan
25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com