Artinya, jika di beberapa masjid lain ada yang menyediakan pembinaan sebelum syahadat, Masjid Lautze memberikan kesempatan seseorang untuk bisa belajar dan mengikuti pembinaan usai menjadi mualaf.
"Jadi mereka belajar solat, ngaji, dan lainnya itu sambil jalan. Kalau di tempat lain mungkin ada pembinaan dulu sebelum bersyahadat, persiapan berapa lama, tapi kami enggak ada. Kalau ada yang datang mau syahadat ya silakan," terang dia.
Baca juga:
Kendati demikian, untuk piagam pengislaman yang diberikan kepada mualaf harus melalui pemenuhan tugas tertentu.
Misalnya, kata dia, tugas paling minimal seperti menghapal surat Al-Fatihah dan menghapal gerakan shalat. Hal ini menurutnya bisa menjadi bekal untuk persiapan menjadi kehidupan sebagai muslim.
Yusman juga mengungkapkan adanya keunikan lain dari Masjid Lautze yang mungkin berbeda dari masjid-masjid lainnya.
"Bedanya kalau shalat tarawih, kami memberikan kesempatan untuk jadi imam tarawih itu dari mualaf, yang sebagian besar Tionghoa ya," kata dia.
Baca juga: Pesona Masjid Ramlie Musofa di Jakarta Utara, Megah bagai Taj Mahal
Sehingga, biasanya imam shalat tarawih di Masjid Lautze akan bergantian atau estafet tiap dua rakaat.
Hal ini, katanya, dilakukan untuk memotivasi para mualaf agar semakin serius belajar dan menghapal ayat-ayat Al-qur'an untuk dibacakan saat shalat.
"Supaya mualaf termotivasi buat belajar, dan yang bukan mualaf juga akan merasa kan 'Wah mualaf aja bisa jadi imam, masa kita engga', begitu," terang Yusman.
Adapun kondisi ini dikatakan hanya berlaku saat shalat sunnah saja, bukan shalat wajib.
Baca juga:
Bagi yang ingin mengikuti tarawih di Masjid Lautze, bisa datang tiap Sabtu malam. Sebab, agenda tarawih hanya diadakan seminggu sekali di masjid ini.
"Karena jamaah dan pengurusnya jauh-jauh semua. Kecuali pas 10 hari terakhir Ramadhan kan buat itikaf, kita buka terus ya, ada kegiatan itikaf," tuturnya.
View this post on Instagram