Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Museum Multatuli Dibangun Di Rangkasbitung? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 29/05/2023, 11:11 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Museum Multatuli mengusung tema "anti-kolonialisme" yang menampikan sejarah kolonialisme sebagai pengantar sampai munculnya pergerakan anti-kolonialisme.

Gedung yang digunakan sebagai Museum Multatuli saat ini bukanlah gedung atau rumah bekas tempat tinggal Eduard Douwes Dekker atau disebut juga dengan Multatuli.

"Gedung Museum Multatuli ini dulunya merupakan bekas kantor kewedanaan yang didirikan sekitar 1923-an," kata Edukator Museum Multatuli Ginandar saat ditemui oleh Kompas.com di lokasi, Jumat (26/5/2023).

Baca juga:

Untuk diketahui, kewedanaan merupakan sebutan untuk wilayah administrasi pemerintahan di bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang berlaku pada masa Hindia Belanda hingga beberapa tahun setelah Indonesia merdeka.

Lokasinya berada dekat dengan Alun-Alun Rangkasbitung,  tepatnya di Jalan Alun-Alun Timur Nomor 8, Rangkasbitung Barat, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.

Menurut informasi yang Kompas.com terima saat mampir ke Museum Multatuli, faktanya hanya ada dua Museum Multatuli di dunia. Pertama ada di Rangkasbitung, Banten, dan yang kedua ada di Amsterdam, Belanda.

Baca juga:

Salah satu alasan Museum Multatuli ada di Amsterdam karena Amsterdam merupakan tanah kelahiran Multatuli. Lalu, tahukah kamu alasan Museum Multatuli dibangun di Rangkasbitung?.

Alasan Museum Multatuli di Rangkasbitung

Menurut penjelasan dari Ginandar, ada dua alasan mengapa Museum Multatuli dibangun di Rangkasbitung.

Alasan pertama, dari segi geografis, Rangkasbitung merupakan Ibu Kota Kabupaten Lebak dan lokasinya strategis, sehingga museum ini lebih mudah diakses oleh pengunjung yang datang dari luar daerah.

Patung perunggu Multatuli di halaman Museum Multatuli.KOMPAS.com/ Suci Wulandari Putri Patung perunggu Multatuli di halaman Museum Multatuli.

"Sempat ada wacana untuk membangun ulang bekas rumah dinas Multatuli untuk dijadikan museum. Tapi karena terkendala peraturan dan kepemilikan, jadinya dibangunlah di kantor kewedanaan," kata Ginadar.

Alasan kedua, Multatuli pernah bertugas sebagai asisten residen di Rangkasbitung sekitar tiga bulan. Tidak hanya itu, Multatuli juga punya ikatan emosional dengan Lebak, Banten.

Baca juga:

Berangkat dari melihat penindasan dan kekejaman yang dilakukan oleh penguasa lokal maupun kolonial di Lebak, Banten, maka lahirlah karya sastra Multatuli berjudul "Max Havelaar".

Oleh sebab itu untuk mengingat jejak sejarah Multatuli dan karyanya, maka didirikanlah Museum Multatuli di Rangkasbitung. 

"Dua alasan tersebut cukup kuat untuk menjawab mengapa Museum Multatuli ada di Rangkasbitung," pungkas Ginandar. 

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com