Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apitan, Tradisi Jelang Idul Adha di Jawa Tengah

Kompas.com - 29/05/2023, 11:50 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

 

KOMPAS.com - Umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha 2023 yang bertepatan dengan 1444 Hijriah pada Kamis, 29 Juni 2023 mendatang. Ada sejumlah tradisi jelang Idul Adha di Indonesia, salah satunya adalah apitan.

Baca juga: 6 Tradisi Idul Adha di Arab Saudi, Bagi Daging Kurban Lintas Negara

Baca juga: Pengalaman WNI Idul Adha di Swiss, Sulit Cari Tempat Shalat Id

Tradisi apitan adalah tradisi jelang Idul Adha yang dilakukan oleh masyarakat Semarang, serta sejumlah kawasan di pantai utara (pantura) Jawa Tengah lainnya seperti Grobogan dan Demak. Tradisi turun temurun itu masih dilestarikan hingga saat ini.

Lantas, apa itu tradisi apitan? Berikut rangkumannya, mulai dari sejarah, waktu, makna, hingga kegiatannya.  

Sejarah tradisi apitan

Wali Songo.KMNU Wali Songo.

Belum ada sumber resmi mengenai sejarah tradisi apitan. Namun, masyarakat meyakini tradisi apitan berasal dari Wali Songo sekitar 500 tahun silam, seperti dilansir dari laman Dinas Pariwisata Kabupaten Demak. 

Kala itu, Wali Songo mulai menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Agar diterima masyarakat yang pada masa itu mayoritas memeluk Hindu, maka Wali Songo melakukan akulturasi tradisi Hindu dengan memasukkan nilai-nilai Islam.

Cara dakwah ini dinilai efektif, lantaran masyarakat Jawa berbondong-bondong masuk Islam pada masa itu.

Baca juga: 9 Tradisi Idul Adha di Indonesia, Ada Hewan Kurban yang Dirias

Baca juga: Aneka Tradisi Idul Adha di Luar Negeri, dari Pakistan sampai Rusia

Makna tradisi apitan

ilustrasi warga berebut gununganShutterstock/Faizal Afnan ilustrasi warga berebut gunungan

Tradisi apitan juga dikenal dengan nama sedekah bumi. Maknanya sebagai ungkapan syukur warga kepada Tuhan YME atas segalah limpahan karunia berupa bumi pertiwi, desa yang subur, aman, dan sentosa, seperti dilansir dari laman Jadesta Kemenparekraf.

Secara filosofis, apitan atau sedekah bumi bermakna bahwa manusia tercipta dari tanah yang merupakan bagian dari unsur bumi.

Kemudian, manusia juga hidup  di atas bumi, makan dan minum dari tumbuhan dan mahkluk hidup yang mengkonsumsi unsur tanah. Selain itu, kelak saat manusia mati pun akan kembali ke bumi.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com