Lantas, apa makna grebeg? Melansir dari laman Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, kata grebeg atau garebeg berasal dari kata gumrebeg, yang memiliki filosofi sifat riuh, ribut, dan ramai.
Hal ini merujuk pada deru angin atau keramaian orang saat berlangsungnya upacara tersebut.
Baca juga:
Sejarah grebeg berkaitan dengan kemunculan Islam di Tanah Jawa. Theresiana Ani Larasati dalam Berbagai Macam Gunungan Dalam Upacara Garebeg (Grebeg) di Keraton Yogyakarta (2014:1) mengatakan, awalnya grebeg merupakan media dakwah Islam sebagai peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Gagasan grebeg dikemukakan oleh para wali dan disetujui oleh Raja Demak. Cara dakwah tersebut dipilih agar penyebaran Islam dapat menyesuaikan kebudayaan masyarakat yang masih memeluk Hindu dan Buddha.
Tradisi grebeg terus dilestarikan oleh penerus Kerajaan Demak, termasuk Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta.
Tradisi grebeg di Keraton Yogyakarta sudah dilaksanakan sejak masa pemerintahan Hamengku Buwono I. Namun, dalam penyelenggaraannya, tradisi garebeg telah mengalami sejumlah perubahan dan penyesuaian.