Bagi perempuan yang mengalami siklus haid, kata Ayu, sebaiknya selalu siap sedia perlengkapan pribadi termasuk pembalut saat naik gunung.
"Kita kan enggak tahu juga ya, kadang suka lupa (waktu haid). Jadi mau sudah waktunya atau belum, tetap wajib ya bawa pembalut, jaga-jaga," ujar dia.
Baca juga: Wisata Gunung Bromo Ramai, Sebaiknya Patuhi 4 Imbauan TNBTS Ini
Lebih lanjut, kata Dinar, hal ini termasuk mengenali diri sendiri. Misalnya mengetahui ketahanan diri, kebutuhan seperti obat sakit perut, vitamin, dan keperluan pribadi lainnya.
Jika semua persiapan sudah maksimal, Dinar mengimbau agar para pendaki jangan sampai melewatkan izin orangtua atau kerabat terdekat.
"Namanya kita bepergian, apalagi ke alam, itu lepas kontrol dari orangtua. Jadi izin orangtua atau orang terdekat sangat penting," pesannya.
Jangan sampai orangtua atau wali sebenarnya tidak mengizinkan, namun tetap memaksa untuk berangkat. Kabari juga informasi dasar seperti lokasi, bersama siapa, dan berapa lama.
Baca juga: Estimasi Lama Pendakian Gunung Andong via Gogik, Cukup Singkat
Pendaki pemula juga sangat tidak disarankan mendaki sendirian. Carilah teman yang sudah pernah menaiki gunung yang dituju, atau menggunakan bantuan pemandu lokal.
"Khusus pendaki pemula jangan sampai berangkat sendiri, kita harus cari teman yang sudah pernah mendaki gunung itu sebelumnya, atau kita pakai guide orang lokal," kata Ayu.
Terakhir, pendaki terutama perempuan juga harus selalu menjaga kebersihan diri sendiri. Meski tidak memungkinkan untuk mandi, pendaki bisa setidaknya sikat gigi di gunung.
"Jaga kebersihan diri ya, pendaki kan identik sama jorok dan kotor, enggak mandi gitu. Ya memang enggak mandi tapi paling enggak tetap jaga kebersihan diri. Bawa sabun, sakit gigi," kata Ayu.
Baca juga: Embun Upas Muncul di Gunung Bromo, Suhu Capai 5 Derajat Celsius
Ia menjelaskan, pendaki boleh sikat gigi di gunung, asalkan menjauh dari sumber mata air dan tidak membuang peralatannya di alam.
"Sekarang kan juga sudah banyak sikat gigi dan sabun organik. Kalaupun bawa yang enggak organik, ya menjauh dari sumber mata air," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya