Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keliling Desa Liya Togo di Wakatobi, Cicip Kasuami hingga Terapi Ikan

Kompas.com - 29/06/2023, 07:08 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Pemakaman warga

Masih di area yang sama juga terdapat pemakaman, yang berada di balik dinding benteng.

Alasan pemakaman diletakkan di sana adalah karena daerah tersebut relatif memiliki tanah yang cukup banyak.

Untuk diketahui, Liya Togo memiliki tanah yang relatif berbatu. 

"Di mana-mana kan istilahnya tanah berbatu, kalau kami batu bertanah. Di sini dipilih sebagai tempat pemakaman karena alasan batu bertanah itu, di sini dianggap ada tanahnya," kata Mursida.

Baca juga: 3 Wisata Alam di Sulawesi Barat, Ada Negeri di Atas Awan

Lapangan yang ada di depan pemakaman dan masjid tersebut juga kerap digunakan untuk posepaan atau atraksi menendang. Di Wakatobi, posepaa hanya dilakukan di Liya.

Dikutip dari Kompas.com (14/5/2019), posepaa dilakukan untuk melihat ketangkasan para pemuda dalam mempertahankan negeri jika ada serangan musuh.

Melihat aktivitas warga

Sembari berkeliling, kami juga sempat melihat aktivitas warga setempat.

Kasuami gunung bersama ikan bakar dan sambal colo-colo merupakan kuliner khas Buton, Sulawesi Tenggara.KOMPAS.COM/DEFRIATNO NEKE Kasuami gunung bersama ikan bakar dan sambal colo-colo merupakan kuliner khas Buton, Sulawesi Tenggara.

Pemburu wisata kuliner juga bisa mencicipi beberapa pangan khas setempat. Salah satunya adalah salamu, yang atau makanan yang dibuat dari ikan pari suir dan dimasak menggunakan bumbu buah belimbing dan kelapa goreng, seperti dikutip dari situs Jaringan Desa Wisata Kemenparekraf.

Salamu bisa dimakan bersama soami atau kasoami, yang merupakan olahan ubi kayu.

Kami sempat membeli kasoami untuk dicicipi bersama.

Satu buah kasoami dibanderol Rp 5.000 dan bisa dicicipi bersama beberapa orang karena ukuran yang cukup besar dan mengenyangkan.

Baca juga: 6 Fakta Kereta Api Pertama di Sulawesi, Lewati 16 Tempat Wisata

Ada pula perangi, olahan makanan laut yang dicincang halus dan diberi perasan jeruk nipis, serta bawang merah, cabai, dan garam secukupnya, seperti dikutip dari situs Liya Togo.

Aktivitas lainnya adalah warga yang menenun kain. Beberapa warga terlihat memiliki alat tenun di halaman rumah.

Salah seorang warga Desa Liya Togo, Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara sedang menenun kain, Minggu (18/6/2023).KOMPAS.com/NABILLA TASHANDRA Salah seorang warga Desa Liya Togo, Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara sedang menenun kain, Minggu (18/6/2023).

Sebab, Mursida menjelaskan, kebanyakan ibu-ibu memiliki pekerjaan lain, sehingga menenun kain biasanya dilakukan saat memiliki waktu senggang.

Menurut situs Jadesta, kain tenun Liya Togo disebut kain tenun Homoru atau Wuray Homoru. Dikerjakan oleh masyarakat di sela kesibukan bertani atau mencari ikan di laut.

Kain ini juga sering disebut Wuray Ledha.

Halaman:


Terkini Lainnya

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com