Melansir Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, tradisi Mubeng Beteng merupakan upacara resmi Keraton Yogyakarta sejak pada pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana.
Mulanya, Mubeng Beteng dilaksanakan oleh para abdi dalem. Seiring waktu, masyarakat juga bisa turut serta dalam ritual ini.
Sumber lain menyatakan bahwa Mubeng Beteng merupakan tradisi asli Jawa yang berkembang pada abad ke-6 sebelum Kerajaan Mataram Hindu, seperti dilansir dari laman Wisata Budayaku Sekolah Vokasi UGM. Tradisi Jawa ini disebut muser yang berarti mengelilingi pusat, seperti sentra desa tertentu.
Sumber sejarah lain mengatakan, Mubeng Beteng merupakan tradisi Jawa-Islam yang dimulai ketika Kerajaan Mataram membangun benteng mengelilingi keraton.
Benteng itu selesai dibangun tepat pada satu Suro penanggalan Jawa. Kemudian, para prajurit rutin mengelilingi benteng untuk menjaga dari ancaman musuh.
Setelah dibangun parit, tugas berkeliling benteng keraton digantikan oleh abdi dalem. Para abdi berkeliling sambil membacakan doa-doa dalam hati agar mereka diberi keselamatan.
Baca juga:
Dalam tradisi Mubeng Beteng dikenal ritual Tapa Bisu, lantaran selama mengelilingi keraton, peserta kirab dilarang berbicara satu sama lain, alias membisu.
Mereka juga dilarang makan dan minum selama ritual berlangsung. Tapa Bisu merupakan simbol keprihatinan serta instropeksi masyarakat Yogyakarta dalam menyambut tahun baru.
Dalam Tapa Bisu, peserta melakukan intropeksi diri atas apa yang telah diperbuat selama setahun yang lalu. Kemudian, menjadi pengingat untuk memperbaiki diri di tahun yang akan datang.
Prosesi Mubeng Beteng terinspirasi oleh perjalanan hijrah Nubi Muhammad SAW dan sahabat, dari Mekkah ke Madinah, seperti dikutip dari laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat tersebut penuh keprihatinan dan perjuangan di tengah gurun pasir yang panas. Peristiwa bersejarah dalam Islam tersebut menjadi pengingat masyarakat dalam menyambut tahun baru yang jauh dari hingar bingar.
Mubeng Beteng dilakukan secara hikmat, hening, dan senyap untuk momentum instropeksi dan refleksi diri selama satu tahun sebelumnya.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, pihak Keraton Yogyakarta meniadakan tradisi Mubeng Beteng karena pandemi Covid-19. Untuk tahun ini, belum ada keputusan resmi mengenai pelaksanaan tradisi Mubeng Beteng.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.