Desa adat di Bali yang wajib dikunjungi selanjutnya adalah Desa Cempaga. Lokasinya berada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
Salah satu desa tertua di Kabupaten Buleleng ini memiliki sejumlah tarian sakral yang masih dilestarikan hingga saat ini. Beberapa tarian sakral itu antara lain, tari jangkang, tari baris, tari pendet, dan tari rejang.
Para wisatawan bisa menyaksikan tarian tersebut di Pura Desa Cempaga. Pengunjung juga bisa menyaksikan Upacara Mecacar yang dilakukan di pura sekitar pukul 01.00 WITA saat Hari Raya Galungan, Kuningan, dan Karya Agung Muayon.
Baca juga:
Desa Trunyan adalah desa adat di Bali yang sudah tersohor hingga mancanegara. Mengutip Kompas.com (15/1/2018), keunikan Desa Trunyan adalah tradisi masyarakat tidak mengubur atau membakar jenazah, melainkan membaringkannya di atas tanah.
Lokasi jenazah tersebut dibaringkan disebut sebagai Sema Wayah, yakni di bawah pohon kemenyan atau dikenal sebagai taru menyan.
Meski tulang belulang berserakan di sana, tetapi tidak tercium aroma atau bau busuk. Kepercayaan masyarakat setempat, pohon kemenyan tersebut memiliki aroma yang mampu menetralisir bau busuk di sekitar makam.
Desa ini terletak di pinggir Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Untuk bisa sampai di desa ini, pengunjung haru naik perahu menyebrangi Danau Batur.
Desa adat di Bali ini berlokasi di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar yang terkenal dengan nuansa pedesaan dan budaya yang kental. Saat menyusuri Desa Wisata Nyuh Kuning, wisatawan akan menyaksikan pohon kamboja sepanjang jalan.
Tidak heran, sebab ada program penanaman 5.000 pohon kamboja di Desa Wisata Nyuh Kuning, seperti dikutip dari jurnal berjudul Pengembangan Homestay Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Nyuh Kuning Ubud, karya Ni Putu Ratna Sari dan Anak Agung Putri Sri.
Tidak ketinggalan, wisatawan bisa menyaksikan pertunjukkan tari tradisional Bali pada pura-pura di Desa Wisata Nyuh Kuning. Pertunjukkan tarian tradisional Bali itu semakin terasa sakral karena digelar di desa yang masih kental dengan adat istiadat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya