Di antara banyaknya warga yang berebut isi gunungan, ada Kuwat yang tetap semangat meski usianya sudah menginjak 72 tahun.
"Tadi berangkat dari rumah jam 06.00 (WIB), rumah saya di Wonosari, Gunungkidul," ujar Kuwat, Kamis (28/9/2023).
Hasilnya, Kuwat mendapatkan bambu yang digunakan sebagai kerangka hasil bumi dan lainnya disusun.
"Dapat pring (bambu), dan rafia. Kalau cara desa bambu nanti ditancapkan di ladang saat musim tabur, untuk tolak bala agar tanaman terhindar dari penyakit (hama)," kata dia.
"Bambu ditancap keliling ladang. Biasanya saya menanam tela, kacang, jagung, kedelai, dan padi," imbuhnya.
Baca juga: Mengenal Tradisi Grebeg, Peringatan Hari Besar Islam di Yogyakarta
Sementara itu, KRT Zhuban Hadiningrat selaku Pengirit Urusan Pengulon Keraton Yogyakarta menjelaskan, prosesi gerebeg ini merupakan bentuk syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
"Harapannya saat di akhirat mendatang mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad, di dunia juga dapat barokah," jelas Zhuban.
Menurut dia, lahirnya Nabi Muhammad di dunia memiliki andil yang sangat besar dalam mengubah akhlak masyarakat tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.
Terkait rayahan atau berebut isi gunungan yang dilakukan oleh masyarakat, Zhuban mengatakan bahwa setiap acara yang bersifat ritual termasuk, Gerebeg Maulud, mengandung keberkahan.
"Keberkahan jatuh kepada dirinya, dirinya bisa sehat. Jatuh pada putranya jadi cerdas, soleh, kalau jatuh ke hartanya jadi berkah," kata dia.
"Ada kayu (saat gerebeg), ditanam di tanah mungkin padinya bisa menjadi subur, terhindar penyakit, dan hasilnya berlipat ganda," imbuhnya.
Baca juga: Keraton Yogyakarta Tiadakan Grebeg Maulud dan Sekaten 2020
Sementara itu, Kahartakan Urusan Pengulon Keraton Yogyakarta Riya Sarihartakadipura menjelaskan, gunungan ini sebagai bentuk shadaqah Sri Sultan Hamengku Buwono X kepada rakyatnya.
"Bentuknya memang shadaqah. Ada juga yang datang dari Boyolali ngerayah (berebut) itu atas permintaan tetua di sana, agar saat Keraton Yogyakarta mengadakan Gerebeg diminta datang. Supaya tenteram kalau ada bawaan dari Keraton Yogyakarta," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.