KOMPAS.com - Ada beberapa alasan penerbangan delay atau ditunda. Salah satunya adalah kondisi cuaca yang tidak bersahabat.
Bila merujuk pada Forbes, cuaca termasuk alasan umum mundurnya jadwal penerbangan, selain kekurangan pilot atau kru pesawat.
Hal yang sama juga ditulis dalam berita Travel+ Leisure. Bila kondisi cuaca buruk, kemungkinan besar penerbangan akan ditunda.
Baca juga: Mudik Lebaran, Kemenhub: Harga Tiket Pesawat Masih Dalam Koridor
Selain itu, pesawat yang terlambat datang atau belum tersedia, juga menjadi alasan penerbangan delay.
Dilansir dari CNN, cuaca termasuk penyebab terbesar masalah lalu lintas udara di Amerika Serikat (AS).
Lihat postingan ini di Instagram
Dari semua penundaan penerbangan yang dilaporkan, sekitar 75 persen disebabkan oleh cuaca buruk.
Kyle Struckmann, kepala ahli meteorologi penerbangan untuk National Weather Service, menjelaskan empat cuaca yang paling mungkin mengakibatkan penerbangan delay berikut ini.
Badai petir tidak terjadi di musim tertentu. Di Indonesia, kondisi ini sangat mungkin terjadi saat musim hujan (Oktober sampai April), terutama pada liburan akhir tahun.
Struckmann menuturkan, badai petir sangat berbahaya bagi perjalanan udara karena mengakibatkan turbulensi hebat akibat arus naik dan turun, serta angin dan hujan es.
Turbulensi bisa mengakibatkan guncangan hebat hingga pesawat jatuh akibat kecepatan pesawat yang berubah di ketinggian tertentu.
Umumnya dalam beberapa kasus, pesawat memilih rute lebih panjang, berputar mengelilingi area tertentu, demi menghindari bahaya yang disebabkan oleh badai petir.
Baca juga: Hindari, Waktu Terbang Ini Paling Sering Delay
Selama musim hujan, sebaiknya pilih terbang pagi yang biasanya cuaca masih cerah. Cuaca badai biasa terjadi pada siang hingga sore hari.
Di negara dengan empat musim, cuaca ini biasanya datang pada akhir musim gugur hingga puncak musim dingin.
Bandara di negara bermusim salju harus segera membersihkan landasan pacu dari salju licin agar pesawat tetap bisa lepas landas dan mendarat dengan baik.
Sementara itu, bila pesawat sudah lepas landas, pilot harus menjaga agar es salju tidak menumpuk di pesawat.
“Ketika es menumpuk di sayap, hal itu sangat memengaruhi kinerja pesawat secara signifikan,” kata Struckmann.
Baca juga: 5 Fakta Soal Video Viral Super Air Jet yang Delay Sampai 3 Jam
Terlalu banyak es dapat mengakibatkan pesawat berguling atau bermanuver tak terkendali karena beban terlalu berat.
Tetesan air dari awan bisa membeku dan mengakibatkan es menumpuk di pesawat ketika terbang.
Kabut tebal termasuk kondisi yang mengakibatkan visibilitas atau arah pandang pilot di dalam pesawat kian rendah.
Kondisi ini sangat mungkin mengakibatkan penundaan penerbangan karena jarak pandang bisa mendekati nol, bila kabut, hujan, atau salju tebal menutupi arah pandang.
Pilot harus bisa melihat landasan pacu dalam pandangan cukup untuk mendeteksi potensi bahaya yang mungkin terjadi.
Baca juga: Pesawat Anda Terkena Delay, Berapa Kompensasinya?
Menurut Struckmann, pesawat idelanya mendarat dan lepas landas ke arah angin sehingga kecepatan dan arah angin sangat penting diperhatikan.
Bila angin terlalu kuat dan bertiup melintasi jalur pesawat, kondisi ini bisa mengakibatkan pendaratan yang sulit atau gagal.
Alasannya, sulit mengeimbangi kekuatan angin dan permukaan tanah saat pesawat akan mendarat atau lepas landas.
Sebaliknya, angin sakal atau angin yang bergerak berlawanan arah, akan membantu memberi pesawat daya angkat dan stabilitas saat lepas landas dan mendarat. Jika tidak ada angin ini, pesawat sulit lepas landas atau justru mendarat lebih cepat.
Baca juga: Coba 5 Kegiatan Ini saat Penerbangan Kamu Delay
Itu sebabnya, landasan pacu di bandara dibangun agar searah angin bandara agar pesawat lepas landas dan mendarat di tengah angin lebih sering.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.