Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Kompas.com - 26/04/2024, 14:02 WIB
Anggara Wikan Prasetya

Penulis

KOMPAS.comGunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), adalah gunung api tertinggi kedua di Indonesia setelah Kerinci.

Berketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), gunung ini punya segudang pesona, mulai dari padang sabana, Danau Segara Anak, hingga puncaknya yang berpasir.

Kompas.com sempat menyaksikan sendiri keindahannya saat mendaki Gunung Rinjani pada Rabu (30/8/2023) sampai Jumat (1/9/2023).

Baca juga: 5 Syarat Mendaki Gunung Rinjani, Pastikan Bawa E-Ticket

Artikel ini bisa jadi rujukan atau panduan jika Anda hendak melakukan pendakian ke Gunung Rinjani:

Pendakian dimulai

Pendakian dimulai pada Rabu (30/8/2023) pagi. Sebelum mendaki, calon pendaki wajib melakukan registrasi dan membeli tiket melalui aplikasi e-Rinjani yang bisa diunduh gratis melalui play store dan app store.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Syarat lain yang harus dipenuhi adalah, pendaki wajib melakukan cek kesehatan. Ada fasilitas kesehatan (Rinjani Medical Check Up) di dekat Resort Balai Besar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Sembalun yang biasa jadi tempat cek kesehatan pendaki.

Apabila sudah melakukan registrasi dan cek kesehatan, urus administrasi di Resort Balai Besar TNGR Sembalun. Setelah beres, pendakian bisa dimulai.

Baca juga: 3 Tips Ikut Open Trip Pendakian Gunung Rinjani biar Tidak Zonk

Pendaki bisa memulai perjalanan dari Resort Balai Besar TNGR Sembalun, atau Jalur Kandang Sapi. Kompas.com yang mengendarai sepeda motor dari rumah, memutuskan untuk melalui jalur Kandang Sapi.

Nantinya, akan ada semacam basecamp Pendakian, tempat pendaki bisa beristirahat dan menitipkan sepeda motor.

Naik ojek ke pos 2

Perjalanan pun dimulai. Karena sudah agak siang (sekitar 11.00 Wita), saya memutuskan naik ojek sampai Pos 2. Tarifnya adalah Rp 200.000 per orang saat itu.

Dengan naik ojek, perjalanan menuju Pos 2 yang ditempuh sekitar 2 jam, bisa dipangkas menjadi hanya setengah jam saja.

Naik ojek ke Pos 2 Gunung Rinjani.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Naik ojek ke Pos 2 Gunung Rinjani.

Saya akhirnya tiba di Pos 2. Tempat ini semacam menjadi perkampungan karena merupakan tempat berkumpul pendaki sebelum lanjut berjalan. 

Terdapat semacam saung-saung untuk istirahat pendaki, juga warung yang menjual makanan dan minuman.

Di Pos 2, juga terdapat pos pemeriksaan. Pendaki wajib menunjukkan tiket pendakian yang didapat di Resort Sembalun kepada petugas agar bisa melanjutkan perjalanan.

Baca juga: Korban Open Trip, 105 Orang Gagal Mendaki Gunung Rinjani

Pendaki yang tidak memiliki tiket, maka terpaksa tidak bisa melanjutkan perjalanan, meski sudah jalan kaki atau naik ojek sampai Pos 2.

Ada pula jasa ojek tas carrier seharga Rp 500.000. Jika menggunakan jasa ini, ada porter yang akan membawa tas carrier sampai Plawangan Sembalun.

Di Pos 2 ini, saya mendapat barengan, yakni kelompok pendaki dari Kerinci, Ponorogo, Banjar, dan dipimpin pemandu asal Surabaya.

Pos 2 –  Bukit Penyesalan – Plawangan Sembalun

Selanjutnya, perjalanan dimulai dengan berjalan kaki. Saya memulai perjalanan dari Pos 2 sekitar pukul 12.15 Wita.

Perjalanan melalui padang sabana pada siang hari, benar-benar panas. Banyak berbarengan pendaki di sini, terutama turis asing.

Jalur pendakian Gunung Rinjani dari Pos 2 ke Pos 3, Rabu (30/4/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Jalur pendakian Gunung Rinjani dari Pos 2 ke Pos 3, Rabu (30/4/2023).

Kondisi jalur pendakian memang menanjak, tetapi tidak terlalu curam. Butuh waktu sekitar 1,5 jam bagi saya sampai Pos 3 sekitar pukul 13.45 Wita.

Dari Pos 3, jalur akan turun ke dasar sungai kering berpasir, kemudian naik. Jalur menuju Pos 3 ini sudah mulai menanjak lebih terjal karena mulai memasuki kawasan Bukit Penyesalan.

Perjalanan pun jadi lebih sulit sekarang. Pendaki harus menghadapi jalur menanjak yang melelahkan, ditambah panasnya matahari.

Baca juga: Viral, Aksi Seorang Nenek Mendaki Gunung Rinjani

Perlahan tapi pasti, saya akhirnya sampai juga di pos 4 (Cemara Siu atau Cemara Seribu) sekitar 15.10 Wita atau 70 menit berjalan kaki. Pos ini baru setengah perjalanan sampai di Plawangan Sembalun.

Ada warung di Pos 4. Pendaki bisa membeli minuman, bahkan dengan es. Meski begitu, harganya akan jauh lebih mahal.

Jalur pendakian di Bukit Penyesalan Gunung Rinjani, Rabu (30/8/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Jalur pendakian di Bukit Penyesalan Gunung Rinjani, Rabu (30/8/2023).

Usai beristirahat, perjalanan berlanjut sekitar pukul 15.30 Wita. Jalur jadi lebih menanjak usai Pos 4 menuju Plawangan Sembalun.

Jelang sampai Plawangan Sembalun, jalur pendakian makin menanjak terjal, sehingga menguji fisik dan mental. Jalur juga berpasir, sehingga menyulitkan langkah kaki.

Baca juga: Nilai Investasi Proyek Kereta Gantung Rinjani Bertambah Jadi Rp 6 Triliun

Pendaki juga harus melalui tangga yang hampir vertikal. Sekitar 17.40 Wita (2 jam 10 menit berjalan), saya akhirnya sampai di Plawangan Sembalun. Matahari masih belum terbenam saat itu.

Plawangan Sembalun

Plawangan sembalun adalah tempat berkemah para pendaki sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak (summit attack) pada malam hari.

Saya pun mendirikan tenda di area kemah 2 Plawangan Sembalun bersama rombongan. Sembari istirahat, pendaki bisa menikmati panorama sunset dan Danau Segara Anak dari ketinggian.

Plawangan Sembalun Gunung Rinjani, Rabu (30/8/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Plawangan Sembalun Gunung Rinjani, Rabu (30/8/2023).

Pendaki juga bisa mengisi ulang persediaan air yang ada di kawasan Plawangan Sembalun, meski harus berjalan kaki agak ke bawah.

Apabila ingin langsung summit attack pada malam hari, penting bagi pendaki untuk segera beristirahat dan tidur usai matahari terbenam.

Baca juga: Citilink dan Kemberin Luncurkan LinkTrip, Ada Paket Wisata ke Rinjani

Untuk makan, pendaki bisa makan roti sebelum tidur, lalu makan nasi (makan berat) pada malam hari saat bersiap summit attack.

Summit attack Rinjani

Saya memulai perjalanan summit attack ke puncak Rinjani sekitar pukul 01.00 Wita, setelah sebelumnya bangun pukul 23.45 Wita, lalu makan berat dan bersiap.

Plawangan Sembalun Gunung Rinjani pada Malam Hari, Rabu (30/8/2023). Tampak senter pendaki yang memulai perjalanan menuju puncak.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Plawangan Sembalun Gunung Rinjani pada Malam Hari, Rabu (30/8/2023). Tampak senter pendaki yang memulai perjalanan menuju puncak.

Perlengkapan, seperti tenda, kasur tiup, baju ganti, sleeping bag, hingga alat masak, ditinggal di tenda. Sementara logistik, air, dan barang elektroni, saya bawa ke puncak.

Dan inilah bagian terberat dari pendakian Rinjani. Jalur menuju puncak ternyata lebih menanjak dibanding Bukit Penyesalan. Bahkan, sebelum sampai di jalur tepi kaldera menuju puncak.

Baca juga: Ribuan Santri dan Guru di NTB Tanam 1.000 Pohon di Wilayah Kaki Gunung Rinjani

Ujian masih berlanjut tatkala pendaki sampai di tepi kaldera. Jalur pendakian berubah dari tanah, menjadi pasir.

Perjalanan menuju puncak pun masih panjang. Pendaki harus menapaki jalur berpasir, menanjak di tengah dinginnya malam, juga rasa kantuk yang berat.

Saya hanya bisa berjalan perlahan menapaki jalur yang berat ini. Saat inilah biasanya penyesalan pendaki muncul karena kurang maksimal dalam mempersiapkan fisik untuk mendaki Rinjani.

Jalur Pendakian yang Terjal ke Puncak Rinjani, Kamis (31/8/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Jalur Pendakian yang Terjal ke Puncak Rinjani, Kamis (31/8/2023).

Langit pun makin terang dan sunrise menyapa saya di tengah jalan. Jalur menuju puncak masih terbentang. Puncak sudah terlihat, tetapi di depan mata, terlihat jalur menanjak yang begitu terjal.

Inilah jalur “Letter E” Rinjani yang bentuknya sekilas berbentuk seperti huruf E. Inilah bagian paling terjal di jalur menuju puncak.

Baca juga: Ini Alasan Pendaki Gunung Rinjani Harus Lewat Jalur Resmi

Selain terjal, jalur juga terdiri dari pasir dan kerikil, sehingga mudah longsor saat dipijak. Melangkah pun terasa sulit di jalur ini.

Puncak Rinjani

Akhirnya setelah berjalan kurang-lebih 7 jam, saya akhirnya sampai juga di Puncak Rinjani sekitar pukul 08.00 Wita.

Rasanya sungguh lega ketika tanjakan tak berujung yang saya lewati sebelumnya, akhirnya selesai juga.

Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Tampak beberapa pendaki yang berfoto di puncak dengan latar belakang panorama Segara Anak dan Gunung Baru Jari dari ketinggian.

Di seberang lautan, terlihat gunung kecil yang seolah terbang di atas awan. Ialah Gunung Agung, atap Pulau Dewata, Bali.

Baca juga: Apakah Pendakian ke Gunung Rinjani Boleh Sendirian?

Saat berada di puncak dan berfoto dengan latar segara anak, hati-hati agar tidak terjatuh ke jurang.

Saya menikmati keindahan panorama di Puncak Rinjani sekitar satu jam. Sekitar pukul 09.00 Wita, saya memulai perjalanan turun, kembali ke Plawangan Sembalun.

Menuju Segara Anak

Meski perjalanan dari Plawangan Sembalun ke puncak memakan waktu sekitar 7 jam, perjalanan saya kembali ke tenda ternyata hanya memakan waktu kurang-lebih 3 jam.

Itu karena sekitar pukul 12.00 Wita, saya sudah sampai tenda lagi di Plawangan Sembalun. Begitu tiba, saya memutuskan istirahat dan tidur sejenak.

Baca juga: Capai Puncak Gunung Rinjani di Usia 10 Tahun, Ini Sosok Hanun Rinjani

Usai istirahat, makan, minum, dan mengemas barang, termasuk tenda, saya melanjutkan perjalanan turun sekitar 14.30 Wita. Kali ini, perjalanan turun saya adalah via Danau Segara Anak.

Dari Pelawangan Sembalun, rutenya adalah arah puncak, kemudian belok kanan. Sudah ada plang petunjuk arah ke Danau Segara Anak.

Pendaki pun harus melalui jalur yang cukup curam. Di beberapa titik, pendaki bahkan harus berpegangan dengan tali agar bisa melintas. Pendaki harus berhati-hati saat melintas.

Perjalanan Turun dari Plawangan Sembalun ke Segara Anak, Kamis (31/8/2024).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Perjalanan Turun dari Plawangan Sembalun ke Segara Anak, Kamis (31/8/2024).

Terus melaju, pendaki mungkin akan takjub saat melihat ke belakang, ke arah jalur yang sudah dilalui.

Tampak Plawangan Sembalun yang begitu kecil dan jauh di puncak tebing. Rasanya, seolah tidak terasa jika kita sudah berjalan kaki sejauh itu.

Makin ke bawah, kondisi jalur tidak lagi menurun curam. Jalur agak landai di sisi bukit-bukit kecil, melewati beberapa sungai kering, dan mengarah ke tepi danau.

Baca juga: Danau Segara Anak: Lokasi, Asal-usul, Keunikan, dan Upacara Mulang Pekelem

Akhirnya setelah kurang-lebih 2 jam 45 menit berjalan, sekitar pukul 17.15 Wita saya tiba di Segara Anak. Ini adalah camping ground tepi Danau Segara Anak.

Terdapat warung di sini yang menjual makanan, minuman, dan ikan bakar hasil memancing dari Segara Anak. Namun, perlu diingat bahwa harganya tetap lebih mahal.

Berendam air hangat (Air Kalak)

Meski sudah sekitar 17.15 Wita, kondisi masih cukup terang. Matahari belum terbenam. Setelah mendirikan tenda, saya memutuskan untuk mandi air hangat (Air Kalak). Jarak tempuhnya hanya sekitar 5-10 menit dari tenda.

Saya akhirnya sampai di sana dan berendam di aliran sungai yang dibendung, sehingga menjadi semacam kolam air hangat.

Kawasan Air Kalak, Sungai Air Hangat Dekat Danau Segara Anak Gunung Rinjani, Kamis (31/8/2024).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Kawasan Air Kalak, Sungai Air Hangat Dekat Danau Segara Anak Gunung Rinjani, Kamis (31/8/2024).

Saya berendam bersama beberapa pendaki lain sambil bercengkerama. Rasanya sungguh nikmat, seolah mengusir rasa lelah perjalanan ke puncak dan turun ke Segara Anak sebelumnya.

Usai matahari makin gelap, saya memutuskan untuk menyudahi berendam dan berjalan ke tenda lagi. Di tenda, saya berganti pakaian dan menjemur pakaian basah di atas tenda.

Baca juga: Desa Wisata Labuhan Lombok, Punya Lokasi Lihat Panorama Gunung Rinjani

Malam hari setelah memasak nasi instan dan lauk nugget, saya tidur untuk menghilangkan lelah sekaligus mempersiapkan perjalanan esok hari.

Sebelum tidur, saya diberi tahu rekan pendakian bernama Chandra Wardana dari Surabaya, untuk mulai turun keesokan hari pukul 09.00 Wita.

Turun via Torean

Pagi hari pun tiba. Pemandangan Segara Anak yang syahdu dan menawan menyambut saya begitu keluar tenda.

Di depan mata, tampak danau yang membentang begitu luas dengan Gunung Baru Jari di seberang. Usai sarapan, saya menikmati suasana sejenak.

Segara Anak Gunung Rinjani, Kamis (30/8/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Segara Anak Gunung Rinjani, Kamis (30/8/2023).

Meski indah, saya tidak bisa terlalu bersantai karena harus segera bersiap untuk segera memulai perjalanan turun via Torean.

Perlu diketahui, perjalanan turun via Torean akan memakan waktu sekitar 9 jam. Oleh karena itu agar tidak kemalaman, pendaki sebaiknya mulai turun pukul 09.00 Wita dari Segara Anak.

Sebelum para pendaki turun dari Segara Anak, terlihat satu petugas yang berteriak dan mengingatkan pendaki agar membawa sampahnya turun.

Baca juga: Dewi Anjani, Penguasa Gunung Rinjani yang Dibuang Sejak di Kandungan

Sebenarnya, saya agak menyesal karena tidak memilih pendakian 4 hari 3 malam, sehingga bisa seharian bersantai dulu di Danau Segara Anak.

Perjalanan pun dimulai. Dari Segara Anak, saya mengikuti rombongan lain yang hendak turun via jalur Torean.

Eksotisnya jalur Torean

Perjalanan turun via jalur Torean, akan berada di lembah sekitar sungai yang berhulu di Danau Segara Anak.

Jalur ini diapit oleh dua tebing yang tinggi, sehingga terlihat begitu eksotis dengan padang rumput dan beberapa kali menyeberangi sungai kering.

Jalur Turun Gunung Rinjani via Torean, Jumat (1/9/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Jalur Turun Gunung Rinjani via Torean, Jumat (1/9/2023).

Kondisi jalur kebanyakan adalah turunan, meski di beberapa titik terdapat tanjakan. Namun tenang saja karena tanjakannya tidak terlalu terjal. 

Beberapa titik juga mengharuskan pendaki turun melalui anak tangga yang hampir vertikal. Ada pula jalur yang cukup curam, sehingga pendaki harus berpegangan pada tali.

Baca juga: Pro-Kontra Kereta Gantung Rinjani, LHK NTB: Kami Masih Menunggu Pengajuan Amdal

Pendaki akan melalui beberapa titik eksotis. Pertama adalah Sungai Kokok Putih, berupa sungai berbatu di dasar lembah yang dikelilingi tebing hijau.

Usai berjalan menyusuri sungai dan menyeberangi jembatan kayu, jalur pendakian akan kembali melewati dinding bukit.

Salah satu titik jalur pendakian Rinjani via Torean, Jumat (1/9/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Salah satu titik jalur pendakian Rinjani via Torean, Jumat (1/9/2023).

Perlu diketahui bahwa meski berada di aliran sungai, airnya mengandung belerang, sehingga tidak layak untuk diminum.

Setelah melewati dasar lembah dan kembali melipir di perbukitan, ada sungai yang airnya cukup jernih, sehingga layak diminum. Banyak pendaki berhenti untuk minum di sini.

Baca juga: Lokasi Pembangunan Kereta Gantung Ada di Luar TN Gunung Rinjani

Selanjutnya, ada titik jalur yang pendaki harus antre karena cukup curam. Pendaki harus berpegangan dengan tali jika ingin melintas, sehingga tidak bisa terlalu cepat.

Pendaki harus hati-hati agar tidak sampai jatuh ke jurang. Terlihat dasar jurang berupa aliran sungai dari Danau Segara Anak. Jalur juga sempat berada di tepi jurang.

Jalur Turun Gunung Rinjani via Torean yang Ada di Tepi Jurang, Jumat (1/9/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Jalur Turun Gunung Rinjani via Torean yang Ada di Tepi Jurang, Jumat (1/9/2023).

Setelah itu, jalur berada di lembah dengan tebing raksasa di kanan dan kiri. Jalur terus turun melewati padang rumput, sungai kering, padang datar, hingga akhirnya masuk hutan.

Pendaki akan melewati titik eksotis selanjutnya, yakni dengan pemandangan air terjun yang berasal dari sungai, yakni Air Terjun Penimbungan. Para pendaki biasanya akan berfoto dengan latar belakang air terjun ini.

Baca juga: Viral Pendaki Rinjani Diterjang Badai Saat Menuju Puncak, Ini Kata Pengelola

Usai Air Terjun Penimbungan, jalur akan berada di kawasan hutan yang membantu tubuh terlindung dari cahaya matahari.

Air Terjun Penimbungan di Gunung Rinjani, Jumat (1/9/2023).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Air Terjun Penimbungan di Gunung Rinjani, Jumat (1/9/2023).

Sekitar pukul 14.00 WIB, saya berhenti lagi di sumber air untuk mengisi persediaan air dan minum dari aliran sungai.

Terus melaju, nantinya akan ada pos pengecekan. Pendaki yang hendak turun harus melapor di pos ini. 

Meski begitu, jalur pendakian belum selesai. Ada percabangan jalur di sini, yakni via Torean dan Senange. Saya mengambil arah ke Torean.

Baca juga: Tips Pendakian ke Kawah Ijen agar Tetap Aman dan Selamat

Terus melaju, saya akhirnya sampai di Pos Ojek Torean sekitar pukul 16.20 Wita atau sekitar 8 jam berjalan kaki dari Danau Segara Anak.

Tarif ojek menuju Torean adalah Rp 50.000 saat siang. Pada malam hari, tarifnya Rp 75.000 per orang.

Naik ojek ke Basecamp Torean.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Naik ojek ke Basecamp Torean.

Nantinya begitu sampai permukiman di Torean, akan ada tempat pembuangan sampah. Di sini sampah pendaki akan dicek dan disesuaikan dengan daftar.

Perjalanan naik ojek sampai Torean hanya memakan waktu sekitar 5 menit. Selanjutnya, perjalanan kembali ke Sembalun dilakukan dengan men-charter mobil pick up.

Baca juga: Pendakian Gunung Prau Buka Lagi 11 April 2024

Tarif mobil pick up adalah Rp 30.000 untuk 10 orang. Perjalanan ke Sembalun memakan waktu sekitar 1 jam.

Hari sudah malam saat saya mengambil sepeda motor di Basecamp Kandang Sapi. Selanjutnya, saya menginap di salah satu penginapan sekitar Sembalun, yakni Wisma Karya dewi. 

Sesampainya di Wisma Karya Dewi, akhirnya pendakian saya ke Rinjani pun usai. Bagaimana, tertarik menjajal mendaki Rinjani jalur Sembalun – Torean?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com