Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keramaian Kota Menggeliat di Saumlaki

Kompas.com - 14/10/2013, 11:22 WIB
SAUMLAKI, KOMPAS — Bertolak dari Pulau Moa, Maluku Barat Daya, Tim Ekspedisi Sabang-Merauke Kompas langsung menuju Pulau Yamdena, Sabtu (12/10/2013) pukul 12.00 WIT. Kami tiba di Saumlaki, ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, yang berjarak 226 mil laut atau 419 kilometer dari Moa, Minggu pukul 11.00 WIT.

Staf Syahbandar Pelabuhan Saumlaki, Bram Batbual, menyambut kami. Dia menjelaskan, kami bisa menggunakan ojek atau angkutan kota untuk berkeliling kota Saumlaki.

Kami mencegat angkutan kota yang dikemudikan Egi Reyaan (37). Setelah ongkos sewa disepakati, kami pun naik.

Sejak meninggalkan Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada 9 Oktober 2013, baru di Saumlaki kami menemukan lagi keramaian sebuah kota. Aktivitas ekonomi cukup terasa di Saumlaki.

Setidaknya, kami menemukan pasar yang ramai hingga petang, kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI), tiga hotel bagus, dan pusat perbelanjaan tiga lantai bernama Saumlaki Town Square (Sitos). Pusat perbelanjaan ini berisi kios pakaian, warung makan, permainan anak, arena biliar, sampai swalayan terbesar di sana.

Selain itu, tiga stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) juga beroperasi. Warga bisa membeli premium Rp 6.500 per liter dan solar Rp 5.500 per liter. Menurut Egi, dulu dia harus mengantre dari pagi sampai siang untuk mendapatkan lima liter premium saat hanya SPBU dekat pelabuhan yang beroperasi.

Kini, infrastruktur relatif sudah lebih baik. Namun, transportasi dari satu kecamatan ke kecamatan lain masih mahal.

Untuk bepergian melalui jalur darat di Pulau Yamdena, dari Saumlaki di ujung selatan ke Larat di utara, warga harus mengeluarkan ongkos sekitar Rp 200.000 per orang. Mereka menumpang bus umum Colt diesel selama sekitar 10 jam.

Awan gelap datang dan angin dingin bertiup kencang. Kami kembali ke kapal untuk berlayar menuju Larat. ”Asal cuaca cerah dan arus mendukung, kita bisa tiba,” kata mualim I Kapal Navigasi Bimasakti Utama, Sarimin.

Saat meninggalkan Moa, Sabtu tengah hari, kapal bermesin 1.380 PK (tenaga kuda) ini melaju 8,7 knot. Kecepatan kapal lebih rendah dari mesin yang disetel melaju 9,1 knot karena kami melawan arus.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Tim Ekspedisi Sabang-Merauke melanjutkan perjalanan dari Pelabuhan Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, menuju Pulau Alor dengan menggunakan Kapal Navigasi Bimasakti Utama milik Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Rabu (9/10/2013).
Memasuki Laut Arafuru, kami merasakan kapal melaju naik turun mengikuti gelombang. Ketinggian gelombang mencapai satu meter. Kapal berbobot mati 1.271 ton ini pun terkadang bergeser ke samping terbawa gelombang. Namun, haluan segera kembali ke jalur yang telah diprogramkan. Beberapa anggota tim ekspedisi mulai pusing sehingga kami memilih berdiam diri di kamar.

Untuk membunuh sepi, kami bermain kartu selama sekitar dua jam. Menjelang tengah malam, rasa kantuk pun datang seiring laut yang semakin tenang.

Saat fajar menyingsing, kami terbangun oleh cahaya matahari terbit yang sangat indah. Kami pun berlari ke geladak kapal untuk menikmati semburat warna jingga matahari terbit.

Pemandangan matahari terbit, bintang bertaburan kala malam, dan matahari terbenam sungguh sayang dilewatkan. ”Kalau mabuk, jangan diam di kamar. Harus keluar dan melihat cakrawala,” kata nakhoda Kapal Navigasi Bimasakti Utama Suntoro. (mhf/ham/otw)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Kota Bangkok Keluarkan Peringatan Panas Ekstrem

Pemerintah Kota Bangkok Keluarkan Peringatan Panas Ekstrem

Travel Update
Gunung Everest, Atap Dunia yang Penuh Sampah

Gunung Everest, Atap Dunia yang Penuh Sampah

Travel Update
Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

Travel Update
8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

Jalan Jalan
Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Travel Update
5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

Jalan Jalan
6 Hotel Murah di Cilacap, Tarif mulai Rp 194.000

6 Hotel Murah di Cilacap, Tarif mulai Rp 194.000

Hotel Story
5 Tips Liburan dengan Open Trip yang Aman dan Menyenangkan

5 Tips Liburan dengan Open Trip yang Aman dan Menyenangkan

Travel Tips
3 Juta Wisatawan Kunjungi Banten Saat Libur Lebaran 2024, Lebihi Target

3 Juta Wisatawan Kunjungi Banten Saat Libur Lebaran 2024, Lebihi Target

Travel Update
Cara Menuju ke Wisata Pantai Bintang Galesong, 1 Jam dari Makassar

Cara Menuju ke Wisata Pantai Bintang Galesong, 1 Jam dari Makassar

Jalan Jalan
The 2nd International Minangkabau Literacy Festival Digelar mulai 8 Mei

The 2nd International Minangkabau Literacy Festival Digelar mulai 8 Mei

Travel Update
Wisata Pantai Bintang Galesong, Cocok untuk Liburan Bersama Rombongan

Wisata Pantai Bintang Galesong, Cocok untuk Liburan Bersama Rombongan

Jalan Jalan
Padatnya Wisatawan di Bali Disebut Bukan karena Overtourism

Padatnya Wisatawan di Bali Disebut Bukan karena Overtourism

Travel Update
Kunjungan Wisata Saat Lebaran 2024 di Kabupaten Malang Turun, Faktor Cuaca dan Jalan Rusak

Kunjungan Wisata Saat Lebaran 2024 di Kabupaten Malang Turun, Faktor Cuaca dan Jalan Rusak

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com