Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2017, 20:11 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Malam hari, Rabu (16/8/2017) sekitar pukul 23.45 WIB di Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jakarta terlihat berbeda dari biasanya.

Anak-anak muda hingga dewasa berlalu lalang di dalam bangunan bekas rumah tinggal Laksamana Tadashi Maeda di era pendudukan Jepang di Indonesia.

Mereka tak jarang mengarahkan kamera ke sudut-sudut museum dan juga berswafoto. Kesunyian malam di Museum Perumusan Naskah Proklamasi saat itu pecah.

(BACA: Pertempuran di Bekas Rumah Laksamana Maeda, Sebuah Reka Ulang)

Pemandu wisata tampak bersemangat untuk menjelaskan setiap sudut museum. Tak jarang diselipkan canda untuk menghalau kantuk.

"Ini piano tempat menandatangani naskah proklamasi yang diketik Sayuti Melik," kata seorang pemandu saat berada di dekat ruang pengetikan teks proklamasi.

Toilet di lantai dua bangunan Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jakarta di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta, Rabu (16/8/2017). Bangunan dua lantai bergaya arsitektur art deco tersebut dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama J.F.L Blankenberg. Dulunya, bangunan seluas 1.138 meter persegi yang berdiri di tanah seluas 3.914 meter persegi.KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO PRODJO Toilet di lantai dua bangunan Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jakarta di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta, Rabu (16/8/2017). Bangunan dua lantai bergaya arsitektur art deco tersebut dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama J.F.L Blankenberg. Dulunya, bangunan seluas 1.138 meter persegi yang berdiri di tanah seluas 3.914 meter persegi.
Sementara, di bagian luar museum tak kalah ramainya. Muda-mudi yang tengah menunggu giliran masuk ke museum, memanfaatkan waktu dengan merebahkan tubuh di area halaman museum.

(BACA: Mengintip Tempat Perumusan Naskah Proklamasi Indonesia)

Mereka berbincang dengan rekannya dan ada juga asyik bermain telepon pintar sambil tiduran. Pemandangan seperti itu terus berlanjut setidaknya hingga pukul 03.00 WIB sebelum semua orang akhirnya tidur di area museum.

Suasana ramai di museum itu akibat kegiatan Night At The Museum: Menginap di Laksamana Tadashi Maeda yang diselenggarakan oleh Komunitas Historia Indonesia.

(BACA: Unik, Berbekal Tenda Pasangan Suami Istri Ini Menginap di Museum)

Asep Kambali adalah aktor di balik keramaian Museum Perumusan Naskah Proklamasi saat Hari Kemerdekaan Ke-72 Republik Indonesia itu.

Peserta acara Night At The Museum berada di depan Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Kamis (17/8/2017) sekitar pukul 02.30 WIB. Peserta acara tersebut mengikuti program Night At The Museum: Menginap di Rumah Laksamana Tadashi Maeda yang diselenggarakan oleh Komunitas Historia Indonesia.KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO PRODJO Peserta acara Night At The Museum berada di depan Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Kamis (17/8/2017) sekitar pukul 02.30 WIB. Peserta acara tersebut mengikuti program Night At The Museum: Menginap di Rumah Laksamana Tadashi Maeda yang diselenggarakan oleh Komunitas Historia Indonesia.
"Kalau Night At The Museum itu berkunjung malam-malam, biasanya kami sampai malam. Kali ini kita menginap. Kita rasakan sensasi tidur di museum. Orang bilang angker, kita buktikan," ujar Asep kepada KompasTravel saat ditemui Rabu lalu.

Kegiatan Night At The Museum sendiri diiiisi dengan pemutaran video bersejarah, diskusi tentang perjuangan kemerdekaan dengan tokoh pejuang dan sejarawan, tur keliling museum, dan renungan kemerdekaan.

Menurut Asep, sedikitnya ada 350 orang yang mengikuti kegiatan Night At The Museum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com