JAKARTA, KOMPAS.com - Malam hari, Rabu (16/8/2017) sekitar pukul 23.45 WIB di Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jakarta terlihat berbeda dari biasanya.
Anak-anak muda hingga dewasa berlalu lalang di dalam bangunan bekas rumah tinggal Laksamana Tadashi Maeda di era pendudukan Jepang di Indonesia.
Mereka tak jarang mengarahkan kamera ke sudut-sudut museum dan juga berswafoto. Kesunyian malam di Museum Perumusan Naskah Proklamasi saat itu pecah.
(BACA: Pertempuran di Bekas Rumah Laksamana Maeda, Sebuah Reka Ulang)
Pemandu wisata tampak bersemangat untuk menjelaskan setiap sudut museum. Tak jarang diselipkan canda untuk menghalau kantuk.
"Ini piano tempat menandatangani naskah proklamasi yang diketik Sayuti Melik," kata seorang pemandu saat berada di dekat ruang pengetikan teks proklamasi.
(BACA: Mengintip Tempat Perumusan Naskah Proklamasi Indonesia)
Mereka berbincang dengan rekannya dan ada juga asyik bermain telepon pintar sambil tiduran. Pemandangan seperti itu terus berlanjut setidaknya hingga pukul 03.00 WIB sebelum semua orang akhirnya tidur di area museum.
Suasana ramai di museum itu akibat kegiatan Night At The Museum: Menginap di Laksamana Tadashi Maeda yang diselenggarakan oleh Komunitas Historia Indonesia.
(BACA: Unik, Berbekal Tenda Pasangan Suami Istri Ini Menginap di Museum)
Asep Kambali adalah aktor di balik keramaian Museum Perumusan Naskah Proklamasi saat Hari Kemerdekaan Ke-72 Republik Indonesia itu.
Kegiatan Night At The Museum sendiri diiiisi dengan pemutaran video bersejarah, diskusi tentang perjuangan kemerdekaan dengan tokoh pejuang dan sejarawan, tur keliling museum, dan renungan kemerdekaan.
Menurut Asep, sedikitnya ada 350 orang yang mengikuti kegiatan Night At The Museum.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.