KOMPAS.com – Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan sejumlah lembaga lain telah merumuskan strategi pengembangan pariwisata termasuk desa wisata.
“Di sektor pariwisata, kami dan sejumlah lembaga terkait telah merumuskan strategi pengembangan pariwisata 3A2P. Aspek-aspek dalam 3A2P perlu jadi perhatian utama dari seluruh pihaknya,” ungkap dia.
Hal tersebut disampaikan Sugeng dalam acara bincang virtual Karya Kreatif Indonesia bertajuk “Talkshow Desa Wisata 'Ikon Andalan Baru Wonderful Indonesia'”, Rabu (24/3/2021).
Baca juga: 3 Desa Wisata di Lombok Tengah Sudah Sertifikasi CHSE
Adapun, strategi 3A2P terdiri dari 3A yang mencakup Akses, Atraksi, dan Amenitas serta 2P yang mencakup Promosi dan Pelaku Pariwisata.
Dalam Akses, Sugeng mengatakan bahwa pembangunan dan perluasan akses ke desa wisata perlu dipastikan benar-benar terlaksana dan ditingkatkan guna memudahkan wisatawan menuju ke sana.
Selanjutnya dalam Atraksi, pihak desa wisata harus memberi keragaman atraksi yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.
“Sehingga jadi daya tarik bagi wisatawan dan terus tingkatkan kualitas dan kebersihan pada Amenitas, sehingga mampu memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang datang,” jelasnya.
Baca juga: 244 Desa Wisata di 5 Destinasi Super Prioritas Bisa Jadi Tujuan Wisman Long Term Visa
Untuk Atraksi, Sugeng mencontohkan Desa Wisata Hijau Bilebante dengan jalur sepeda hijau yang memungkinkan wisatawan bersepeda sambil menikmati pemandangan.
“Tidak kalah pentingnya kuliner khas Bilebante. Saya lihat banyak makanan khusus yang perlu dikenal dengan baik,” kata dia.
Dalam memberikan atraksi atau pengalaman wisata yang unik, menurut Sugeng kerja sama antara pelaku wisata di desa wisata dan UMKM juga diperlukan.
Guna meningkatkan kunjungan wisatawan, Sugeng mengatakan bahwa pihak desa wisata dapat berpartisipasi dalam acara bincang-bincang untuk mempromosikan tempat mereka.
Selain mempromosikan desa wisata, mereka juga dapat saling bertukar opini untuk mendapat masukan terkait apa yang diperlukan untuk membuat desa menjadi semakin menarik.
“Serta adopsi digitalisasi pada program-program yang dilakukan. Kita lihat misalnya pemesanan tempat menginap atau atraksi bisa dilakukan secara digital. Harus dikembangkan ke arah sana,” jelas dia.
Kemudian, pihak desa wisata juga perlu mempromosikan diri secara daring melalui pemberian informasi yang mudah diakses oleh calon wisatawan. Misalnya lewat sebuah aplikasi atau vlog di YouTube.
Baca juga: Desa Wisata Sindangkasih Garut, River Tubing di Pedesaan yang Asri
Kendati demikian, selain pembenahan dan pengembangan sejumlah hal di atas, hal paling penting yang perlu dilakukan adalah peningkatan kapasitas pelaku pariwisata.