Mi Rendang, kata Santi, bisa dibilang menu ini baru satu-satunya di Lampung. Adapun racikannya terbilang sederhana, hanya berupa mi olahan sendiri (home made) dan rendang daging sapi.
Ini yang membedakan dengan mi lain yang biasanya menjadikan potongan daging ayam sebagai topping. Meski begitu, tahap pengolahannya cukup sulit. Sebab, untuk menghasilkan rendang yang lezat bisa menghabiskan waktu 3-4 hari.
Dia mengatakan, rendang diolah dari daging sapi pilihan. Kemudian dengan menggunakan bumbu rempah, rendang dimasak hingga tiga kali pemerosesan. Tak sampai di situ, rendang diendapkan hingga 3-4 hari lamanya. Tujuannya agar daging menjadi lembut, bumbu meresap sempurna, rendang lebih kering dari unsur minyak, dan gurih.
"Serupa dengan pengolahan rendang, mi diproduksi dengan hand made yang bebas unsur pewarna, pengawet, dan zat kimia lainnya. Bahkan, cukup makan mi-nya saja sudah terasa kelezatannya. Di mana, tekstur mi lembut, tidak rapuh, dan sangat terasa taste rempah-rempahnya," ungkapnya.
Dari segi tampilannya, kata Santi, kedua unsur ini diletakkan dalam satu mangkuk. Mi sebagai unsur utamanya sedangkan rendang cincang sebagai toppingnya.
Ketika akan mengkonsumsinya, disarankan tidak menggunakan sumpit. Cara ini agar mi dan rendang bisa berkolaborasi, dan ketika sampai ke lidah, lezatnya bisa membaur sempurna. Untuk harganya, mulai dari Rp 17.000 - Rp 57.000 per porsi.
"Kami menawarkan empat varian pilihan, yakni Mi Rendang Original (polos), Telur Puyuh, Bakso, dan Komplit. Khusus komplit, konsumen bebas tambah mi atau isiannya (bakso dan telur puyuh). Syaratnya konsumen harus makan sendiri dan makan di She Cafe," ujarnya. (Tribun Lampung/Heru Prasetyo)