Pada abad ke-11 dan ke-19, praktik Sokushinbutsu tersebar di beberapa sekolah biksu Buddha Jepang, terutama di sekitar tiga gunung suci Prefektur Dewa, yakni Gunung Haguro, Gunung Gas, dan Gunung Yudono.
Prefektur Dewa merupakan prefektur Jepang kuno yang kini merupakan bagian dari Prefektur Yamagata.
Dalam praktik Sokushinbutsu, para biksu melakukan tiga regimen 1.000 hari yang mencakup kelaparan, meditasi, dan akhirnya dikubur hidup-hidup yang berujung kematian.
Jika dilakukan dengan benar, praktik juga mencakup mumifikasi. Pada saat itu, praktik tersebut dilihat sebagai langkah menuju pencerahan.
2. Prefektur Kyoto
Tiga kuil di Prefektur Kyoto yakni Kuil Yogenin, Kuil Genkoan, dan Kuil Hosen-in memiliki jejak tangan dan kaki berdarah di dinding dan langit-langitnya.
Kuil Yogenin terletak dekat dengan Sanjusangendo, Kuil Genkoan terletak di utara Universitas Bukkyo, dan Kuil Hosen-in terletak di desa Ohara.
Baca juga: Tur Wisata Misteri di Kyoto, Mulai dari Terowongan sampai Kolam Darah
Selain memiliki jejak tangan dan kaki berdarah, ketiga kuil itu memiliki kesamaan lain, yaitu menggunakan kayu dari Kastel Fushimi untuk pembangunannya.
Pada zaman sengoku, kastel yang tadinya dibangun Toyotomi Hideyoshi hancur karena gempa dan dibangun kembali sebelum dikontrol seorang samurai bernama Torii Mototada.
Mototada merupakan pasukan dari Tokugawa Leyasu, daimyou yang terlibat dalam Pertempuran Sekigahara pada 1600.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan