Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Kalender China dan Hijriah yang Sama-sama Berbasis Bulan

Kompas.com - 01/02/2022, 11:36 WIB
Ulfa Arieza ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

“Karena berbasis gerak bulan sepenuhnya, maka hanya penanggalan Hijriah yang berhak menyandang nama kala candra (kalender lunar),” katanya.

Baca juga: Kenapa Imlek Identik dengan Hujan, Ini Penyebab dan Filosofinya

Dihubungi terpisah, Ahli Astronomi dan Astrofisika Prof Dr Thomas Djamaluddin, MSc juga sependapat bahwa terdapat perbedaan pada kalender China dan Hijriah, meskipun sama-sama berbasis bulan.

“Kalau perbedaan tahun baru karena perbedaan sistem kalender,” terangnya.

Thomas yang pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) ini mengatakan bahwa awal bulan Hijriah ditetapkan dengan hilal atau bulan sabit pertama yang terlihat sesudah waktu Maghrib.

Baca juga: Mengenal Perayaan dan Tradisi Imlek di China, Ada Juga Berbagi Angpau

Karena berpatokan pada hilal, konsekuensinya adalah tahun baru Hijriyah setiap tahun bergeser sekitar 10-11 hari.

“Awal bulan Hijriah adalah saat hilal terlihat atau dianggap terlihat bergantung kriterianya,” ucapnya.

Kalender China

Sebaliknya, lanjut Marufin, penanggalan China tak semata berdasarkan gerak bulan saja, tetapi juga memperhitungkan kedudukan matahari.

“Mengingat, sifat awal penanggalan China ini sebagai kalender agraris. Dan kehidupan agraris di mana pun sangat bergantung kepada kedudukan matahari yang menentukan musim-musim,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kalender agraris merupakan penanggalan yang digunakan untuk kepentingan pertanian.

Seperti diketahui, China sejak masa awal kekaisaran (lebih dari 22 abad lalu) hingga sekitar seabad lalu merupakan negara kontinental yang bertumpu pada dunia pertanian untuk menopang daya tahan bangsa.

“Jadi, mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menanam padi dan bahan makanan lain, menjadi faktor utama yang menyokong stabilitas bangsa,” jelasnya.

Baca juga: Tempat Bernuansa China yang Pas Dikunjungi Saat Imlek

Ia mengatakan, konsekuensinya adalah jumlah bulan dalam setahun pada penanggalan China tidak tetap. Untuk tahun biasa bernilai 12 bulan dengan jumlah hari sebanyak 354 hari dalam setahun.

Sementara untuk tahun kabisat, terdapat bulan tambahan menjadi 13 bulan dengan jumlah hari 383 hari dalam setahun.

Sistem semacam ini disebut kala suryacandra atau lunisolar. Menurut Marufin, kala suryacandra umum dijumpai dalam sejumlah penanggalan berbasis pergerakan bulan.

“Karena memungkinkan menggunakan perubahan wajah (fase) bulan sebagai acuan tanggal. Namun, tetap bisa mengakomodasi siklus musim yang disebabkan oleh gerak semu tahunan matahari,” tutur dia.

Warga keturunan Tionghoa bersembahyang di Vihara Amurva Bhumi (Hok Tek Tjeng Sin), Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Senin (31/1/2022). Pengurus Vihara Amurva Bhumi membatasi pengunjung 50 persen dari kapasitas Vihara yang bersembahyang jelang perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2573.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga keturunan Tionghoa bersembahyang di Vihara Amurva Bhumi (Hok Tek Tjeng Sin), Karet Semanggi, Jakarta Selatan, Senin (31/1/2022). Pengurus Vihara Amurva Bhumi membatasi pengunjung 50 persen dari kapasitas Vihara yang bersembahyang jelang perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2573.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com