“Karena berbasis gerak bulan sepenuhnya, maka hanya penanggalan Hijriah yang berhak menyandang nama kala candra (kalender lunar),” katanya.
Baca juga: Kenapa Imlek Identik dengan Hujan, Ini Penyebab dan Filosofinya
Dihubungi terpisah, Ahli Astronomi dan Astrofisika Prof Dr Thomas Djamaluddin, MSc juga sependapat bahwa terdapat perbedaan pada kalender China dan Hijriah, meskipun sama-sama berbasis bulan.
“Kalau perbedaan tahun baru karena perbedaan sistem kalender,” terangnya.
Thomas yang pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) ini mengatakan bahwa awal bulan Hijriah ditetapkan dengan hilal atau bulan sabit pertama yang terlihat sesudah waktu Maghrib.
Baca juga: Mengenal Perayaan dan Tradisi Imlek di China, Ada Juga Berbagi Angpau
Karena berpatokan pada hilal, konsekuensinya adalah tahun baru Hijriyah setiap tahun bergeser sekitar 10-11 hari.
“Awal bulan Hijriah adalah saat hilal terlihat atau dianggap terlihat bergantung kriterianya,” ucapnya.
Sebaliknya, lanjut Marufin, penanggalan China tak semata berdasarkan gerak bulan saja, tetapi juga memperhitungkan kedudukan matahari.
“Mengingat, sifat awal penanggalan China ini sebagai kalender agraris. Dan kehidupan agraris di mana pun sangat bergantung kepada kedudukan matahari yang menentukan musim-musim,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kalender agraris merupakan penanggalan yang digunakan untuk kepentingan pertanian.
Seperti diketahui, China sejak masa awal kekaisaran (lebih dari 22 abad lalu) hingga sekitar seabad lalu merupakan negara kontinental yang bertumpu pada dunia pertanian untuk menopang daya tahan bangsa.
“Jadi, mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menanam padi dan bahan makanan lain, menjadi faktor utama yang menyokong stabilitas bangsa,” jelasnya.
Baca juga: Tempat Bernuansa China yang Pas Dikunjungi Saat Imlek
Ia mengatakan, konsekuensinya adalah jumlah bulan dalam setahun pada penanggalan China tidak tetap. Untuk tahun biasa bernilai 12 bulan dengan jumlah hari sebanyak 354 hari dalam setahun.
Sementara untuk tahun kabisat, terdapat bulan tambahan menjadi 13 bulan dengan jumlah hari 383 hari dalam setahun.
Sistem semacam ini disebut kala suryacandra atau lunisolar. Menurut Marufin, kala suryacandra umum dijumpai dalam sejumlah penanggalan berbasis pergerakan bulan.
“Karena memungkinkan menggunakan perubahan wajah (fase) bulan sebagai acuan tanggal. Namun, tetap bisa mengakomodasi siklus musim yang disebabkan oleh gerak semu tahunan matahari,” tutur dia.