Lantas, siapakah sosok Rakai Pikatan yang disebutkan dalam prasasti siwagrha tersebut?
Masih dari sumber Kompas.com (03/03/2022), Rakai Pikatan adalah raja keenam Kerajaan Mataram Kuno yang memerintah sekitar tahun 840- 856 masehi.
Baca juga: Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno yang Membangun Candi Prambanan
Rakai Pikatan menikah dengan seorang putri yang berbeda keyakinan dengannya, yaitu Pramodhawardhani. Pramodhawardhani adalah putri tunggal Raja Samaratungga yang ditetapkan sebagai penerus kerajaan.
Apabila ditelisik lebih lanjut, Pramodhawardhani dan Rakai Pikatan sebenarnya berasal dari dua wangsa yang saling bersaing.
Rakai Pikatan berasal dari wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa. Sedangkan Pramodhawardhani berasal dari wangsa Syailendra yang beragama Buddha Mahayana.
Baca juga: 4 Fakta Kawasan Candi Muaro Jambi yang Dikunjungi Jokowi
Wangsa Sanjaya pernah berkuasa di tanah Jawa, namun harus berakhir dan beralih ke wangsa Syailendra sekitar tahun 792 masehi.
Sebelum bersatunya Pramodhawardhani dan Rakai Pikatan, agama Buddha lebih dominan. Namun, siapa sangka setelah Pramodhawardhani bertahta dengan didampingi Rakai Pikatan, lambat laun sang suami justru lebih berpengaruh.
Bahkan, sejumlah ahli menduga pembangunan Candi Prambanan, sebagai candi Hindu terbesar dimaksudkan untuk menyaingi Candi Borobudur.
Baca juga: Candi Prambanan Tawarkan Paket Pruputan, Bisa Olahraga Pagi di Area Candi
Mengutip situs pengelola Candi Prambanan PT Taman Wisata Candi (TWC), denah Candi Prambanan berbentuk persegi panjang.
Kompleks candi terdiri dari satu halaman luar dan tiga pelataran, yaitu jaba (pelataran luar), tengahan (pelataran tengah), dan njeron (pelataran dalam).
Baca juga: Resmi, Candi Prambanan dan Borobudur Jadi Tempat Peribadatan Dunia
Halaman luar merupakan area terbuka yang mengelilingi pelataran luar.
Sementara itu, pelataran luar merupakan area kosong berbentuk bujur dengan luas 390 meter persegi. Pelataran ini dahulu dikelilingi oleh pagar batu yang kini sudah tinggal reruntuhan.
Kemudian, pelataran tengah berbentuk persegi panjang seluas 222 meter persegi. Pelataran tengah ini terdiri atas empat teras berundak dan memiliki 224 candi kecil.
Namun, hampir semua candi di pelataran tengah tersebut saat ini dalam keadaan hancur, hanya menyisakan reruntuhan saja.
Terakhir, pelataran dalam yang merupakan pelataran paling tinggi letaknya serta dianggap sebagai tempat paling suci. Pelataran dalam ini diisi oleh candi-candi utama, yang terbagi menjadi dua barisan candi.
Baca juga: Rute ke Candi Sambisari, Candi Bawah Permukaan Tanah di Yogyakarta
Barisan candi pertama adalah Candi Wisnu, Candi Syiwa, dan Candi Brahma. Candi Syiwa adalah candi tertinggi mencapai 47 meter, sedangkan Candi Brahma dan Candi Wisnu tingginya masing-masing 33 meter.
Barisan candi kedua disebut candi wahana yang berarti kendaraan. Sebab, masing-masing candi diberi nama sesuai dengan binatang yang merupakan tunggangan dewa yang namanya digunakan sebagai nama candi di barisan pertama.
Meliputi, Candi Garuda yang berhadapan dengan Candi Wisnu, Candi Nandi yang berhadapan dengan Candi Syiwa, dan Candi Angsa yang berhadapan dengan Candi Brahma.
Baca juga: Rekomendasi 7 Coffee Shop di Yogyakarta, Bisa Lihat Candi Prambanan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.