Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/06/2022, 08:21 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, ramai dibincangkan soal wacana pemberlakuan tiket naik ke Candi Borobudur Rp 750.000. 

Pembatasan kunjungan naik direncanakan untuk merawat kelestarian candi.

Namun, karena menuai kritik dari banyak pihak, rencana pemberlakuan tiket naik ke Candi Borobudur pun dibatalkan.

Baca juga: Arahan Presiden Jokowi: Tarif Naik Candi Borobudur Batal Naik

Terkait upaya menjaga kelestarian Candi Borobudur, sejumlah pihak pun menyuarakan alternatif solusi. Termasuk salah satunya Suyanto, selaku Kepala Desa Karanganyar, Magelang, Jawa Tengah.

Berikut beberapa alternatif solusi yang disarankan Suyanto.

  • Pembatasan durasi kunjungan dan kapasitas

Salah satu saran yang diberikan Suyanto untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur tanpa membebani pengunjung dengan tiket naik yang tinggi adalah pembatasan durasi kunjungan dan kapasitas wisatawan yang naik.

"Wisatawan yang berkunjung ke candi bisa pakai durasi seperti nonton film di bioskop. Mungkin dengan durasi satu-dua jam dan itu harus ditentukan berapa jumlah idealnya dalam kurun waktu tersebut," kata Suyanto dalam Forum Diskusi Denpasar yang dilangsungkan secara daring, Rabu (22/06/2022).

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

  • Wisatawan yang naik didampingi pemandu

Suyanto juga menyarankan agar setiap pengunjung yang naik wajib didampingi oleh pemandu lokal yang dididik oleh warga sekitar.

Hal itu agar pemandu dapat menjelaskan makna relief-relief candi, sekaligus memantau perilaku pengunjung yang kerap menduduki batu candi atau aktivitas lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan.

"Ini harus didampingi oleh seorang guide, karena selama ini, Borobudur itu kan wisata budaya tapi yang terjadi justru bukan seperti wisata budaya," katanya.

Baca juga: Asal-usul Nama Candi Borobudur, Ternyata Berasal dari Sejenis Tanaman

Menurut Suyanto, kebanyakan pengunjung justru naik ke stupa hanya untuk berswafoto dan tidak mengetahui arti relief.

"Wisatawan kebanyakan hanya berswafoto, tidak tahu bagaimana arti sebuah relief yang ada di Candi Borobudur. Sehingga walaupun ke Borobudur (sampai) 17 kali, kalau tidak didampingi guide, tidak pernah tahu," tutur dia.

6 Keunikan Candi Borobudur, Dibangun dari 2 Juta Batu 

Dengan adanya pemandu, selain memberikan wawasan sejarah kepada pengunjung, diharapkan juga akan membuka lapangan kerja di lingkup masyarakat sekitar kawasan wisata Borobudur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com