Jika dilihat sekilas, upacara potong gigi mungkin tampak menyakitkan. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi salah satu peserta potong gigi massal, Ni Made Arista Gayatri Dewi.
"Rasanya biasa aja, kayak kalau ke dokter gigi, dibersihkan karang giginya. Agak ngilu, tapi biasa aja," ujar perempuan berusia 22 tahun ini.
Arista mengakui bahwa ritual-ritual yang ia jalani saat mengikuti upacara tersebut cukup seru, meski ia harus bersiap diri sejak pukul 03.00 dini hari.
Sementara itu, peserta lainnya yang bernama I Gede Ari Hendra Nata mengatakan, dirinya sempat mengira potong gigi akan menyakitkan.
"Rasanya juga agak ngilu. Awalnya ngiranya bakal sakit, tapi cuma ngilu," tuturnya.
Baca juga: 15 Kosakata Dasar buat Traveling ke Bali
View this post on Instagram
Ida Bagus Alit menjelaskan bahwa upacara potong gigi, sebagai bagian dari Manusa Yadnya, mengandung empat konsep.
Pertama, berhubungan dengan ritual yang merupakan pelaksanaan dari filsafat di kitab suci agama Hindu, Weda.
"Filsafat ini dilaksanakan dalam bentuk ritual, istilahnya sradha bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi," katanya.
Kedua, berkaitan dengan etika, susila, dan sopan santun. Ketika hidup bermasyarakat, diharapkan seorang anak bisa introspeksi diri dan menghilangkan enam musuh (Sad Ripu) agar menjadi anak yang suputra (baik).
"Di dalam ajaran kami, ketika si anak menjadi anak yang suputra, itu bisa menebus dosa-dosa dari leluhurnya sampai 10 tingkat," tambahnya.
Ketiga, lanjutnya, berhubungan dengan budaya karena tidak semua umat Hindu melaksanakan upacara potong gigi.
Selanjutnya, poin keempat berkaitan dengan gotong royong karena dalam upacara tersebut, para umat akan saling bahu-membahu agar pelaksanaannya berjalan dengan lancar.
Salah satu contohnya, peserta upacara potong gigi massal tersebut tidak hanya berasal dari Ciledug, tapi ada juga yang berasal dari daerah lain, di antaranya Cinere dan Rawamangun.
Baca juga: 10 Wisata Bedugul Bali, Banyak Spot Foto Instagramable
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.