Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Alam dan Konservasi, Bisakah Berjalan Beriringan?

Kompas.com - 17/08/2022, 07:05 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peminat wisata alam semakin meningkat pasca pemulihan pandemi Covid-19 belakangan ini. 

Ini berarti semakin banyak pula orang yang berkumpul dan memanfaatkan sumber daya di alam. Sehingga, semakin besar pula potensi pencemaran lingkungan di sekitarnya.

Baca juga: Biaya Konservasi TN Komodo RP 3,75 Juta, Untuk Apa Saja?

Namun, sebenarnya, konservasi dan wisata alam bisa berjalan beriringan dengan sejumlah upaya dan kondisi.

"Saat ini, kegiatan jalan-jalan bisa juga dilakukan sambil kita mengupayakan pelestarian lingkungan,” ujar Direktur Wisata Minat Khusus Kemenparekraf Alexander Reyaan, dalam Indonesia Tourism & Business Event Forum yang digelar di JCC, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Salah satu contohnya yaitu aplikasi carbon footprint yang dapat menghitung perjalanan wisatawan, kemudian dikonversi menjadi jumlah tanaman atau biaya yang dibayarkan, sebagai pengganti jejak karbon.

Baca juga: Wisata di Kawasan Konservasi, Ini 4 Hal yang Perlu Diperhatikan

Senada, perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan bahwa konservasi bisa berdampingan dengan wisata alam.

"Konservasi sesuatu yang bersamaan dengan wisata alam ya, jika saja wisatawan, misalnya taman nasional dan lain-lain itu, mau mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan oleh pengelola,” ujar Tri, perwakilan dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya alam dan Ekosistem KLHK.

Sebagai contoh, lanjut dia, untuk pendakian gunung, beberapa taman nasional mewajibkan para pendaki mendata potensi sampah yang mereka bawa.

"Didata, kemudian saat mereka turun, akan dicek kembali. Apakah sampah tersebut dibawa atau tidak?” tuturnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Tri mencontohkan, di Taman Nasional Gunung Rinjani pernah ada 52 pendaki yang tidak membawa kembali sampahnya.

Akhirnya, para pendaki itu di-blacklist atau dilarang untuk mendaki, sampai dua tahun ke depan.

Baca juga: Buang Sampah Sembarangan di Gunung, Bisa Kena Denda sampai Blacklist

Kemudian, informasi ini disampaikan di media sosial TN Gunung Rinjani dan mendapatkan berbagai respons positif dari netizen.

"Mereka bilang ‘Kenapa cuma dua tahun? Kenapa di-blacklist hanya di Gunung Rinjani saja? Kenapa tidak di seluruh taman nasional yang ada di Indonesia?’ Jadi kami melihat mulai adanya kesadaran tinggi dari para pengunjung terhadap isu konservasi,” jelas Tri.

 

Lanskap puncak Bukit Pergasingan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis (19/3/2015). Puncak Bukit Pergasingan menjadi pilihan wisata trekking di Lombok Timur untuk menyaksikan matahari terbit dan lanskap Gunung Rinjani. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOKRISTIANTO PURNOMO Lanskap puncak Bukit Pergasingan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis (19/3/2015). Puncak Bukit Pergasingan menjadi pilihan wisata trekking di Lombok Timur untuk menyaksikan matahari terbit dan lanskap Gunung Rinjani. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

Di samping itu, Tri memandang para pengelola wisata alam juga sudah menyampaikan dengan baik rambu-rambu yang harus dipatuhi.

Sehingga, para wisatawan dapat ikut terlibat dalam pelestarian lingkungan, meski tidak menyadarinya secara langsung.

Baca juga: Pendaki Gunung Rinjani yang Buang Sampah Sembarangan Akan Diblacklist 2 Tahun

Hal itu membuat upaya konservasi menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Pariwisata sebagai industri ramah lingkungan

Menurut Board Member Taman Safari Indonesia John Sumampau, konservasi sangat erat kaitannya dengan pariwisata alam, asalkan bisa dikemas dengan menarik.

Lebih jauh, ia menilai pariwisata sebagai salah satu industri yang paling ramah lingkungan.

"Karena memang namanya pariwisata atau tourism, di mana kita datang, itu kita lihat-lihat, pulang tanpa meninggalkan apa-apa atau sesuatu di alam tersebut. Jadi industri ini dibandingkan sama industri lainnya, paling ramah lingkungan, semestinya,” imbuh dia.

Baca juga: 80 Persen Sampah di Laut adalah Sampah dari Daratan

John mencontohkan Gili Trawangan sebagai salah satu lokasi penerapan konservasi lingkungan yang sukses.

Ia bercerita, awalnya pulau di Lombok itu termasuk pulau yang cukup terbelakang, termasuk dari segi pelestarian lingkungan.

Saat itu, masih banyak pula masyarakat yang melakukan pencemaran, seperti melakukan pengeboman ikan.

Baca juga: 3 Tips Liburan Hemat di Gili Trawangan, Naik Kapal Nelayan

Namun, kesadaran akan pelestarian lingkungan perlahan tumbuh seiring dengan semakin berkembangnya pariwisata di lokasi tersebut.

Misalnya, banyak masyarakat yang sadar akan pelestarian terumbu karang sebagai salah satu potensi daya tarik wisata.

"Masyarakat jadi cukup proaktif bahkan sangat aktif melindungi terumbu karang di sana. Alhasil pariwisata makin maju, masyarakatnya pun makin aktif melindungi,” tutur John.

Baca juga: 4 Fakta Gili Trawangan, Tempat Berburu Sunrise dan Sunset

Ia berharap akan semakin banyak program menarik sehingga konservasi tidak dianggap sebagai hal yang berat atau menyulitkan.

"Jadi, operator ada andilnya, bagaimana menciptakan konservasi menjadi kata yang fun, positif, inklusif, bisa bermanfaat, agar yang datang juga turut berparitispasi,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com