RUTENG, KOMPAS.com – Leluhur masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), mewariskan bentuk rumah tradisional di perkampungan dengan beratapkan ijuk dari pohon enau atau aren.
Rumah tradisional ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) untuk menjelajahi perkampungan itu saat di Kabupaten Manggarai.
Baca juga:
Selain liburan di perkampungan tradisional dengan warisan arsitektur yang unik, wisatawan juga bisa mempelajari sejarah dari arsitektur tersebut yang diwariskan oleh leluhur.
Berikut beberapa perkampungan tradisional yang masih mempertahankan kearifan lokal dan keaslian rumah tradisionalnya:
Di kampung ini, ada tujuh rumah adat yang berdiri kokoh dengan bangunan berbentuk kerucut dan beratapkan ijuk.
Kampung Adat Todo dulunya dikenal sebagai pusat Kerajaan Todo. Banyak bukti sejarah yang menandakan bahwa kampung ini adalah pusat Kerajaan Todo sebelum masuknya penjajahan Belanda ke wilayah Manggarai.
Adapun area kampung berbentuk setengah bulat. Di bagian tengah ada mazbah untuk persembahan dan halaman, sedangkan di pinggir halaman terdapat rumah adat.
Wisatawan sering berwisata ke kampung itu guna mempelajari sejarah, bentuk rumah, alam, serta sejarah Kerajaan Todo.
Baca juga:
Perkampungan ini berada tak jauh dari Kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai.
Dari pusat Kota Ruteng, kampung yang jadi pusat peradaban dan budaya Manggarai ini bisa dijangkau dalam waktu 10 menit ke arah barat.
Setiap wisatawan yang berwisata di kampung ini akan disambut dengan hangat oleh tetua adat setempat yang menjaga warisan nenek moyang orang Manggarai.
Di tengah kampung adat itu ada compang besar sebagai tempat mazbah untuk berbagai acara ritual adat. Ada juga pohon dadap yang usianya sudah ratusan tahun.
Baca juga: Pantai Iteng di NTT, Tempat Lihat Pulau Mules yang Mirip Candi
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.