Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/06/2023, 10:48 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

 

Suku yang menghuni Labuan Bajo 

Lantas apa saja suku yang menghuni Labuan Bajo? Berikut ulasannya seperti dihimpun Kompas.com.

1. Suku Bajo

Orang-orang Suku BajoWikimedia Commons Orang-orang Suku Bajo

Seperti disampaikan sebelumnya, salah satu suku yang menghuni Labuan Bajo adalah Suku Bajo. Bahkan, nama kota ini diambil dari Suku Bajo tersebut, seperti dikutip dari laman Pesona Indonesia.

Suku Bajo terkenal akan kehebatannya dalam menjelajahi lautan, sehingga dijuluki si penjelajah atau pengembara laut, seperti dikutip dari laman Indonesia.go.id.

Dahulu kala, orang-orang Suku Bajo terbiasa hidup di atas perahu, atau nomaden. Mereka hidup dengan menjelajahi lautan, berpindah dari satu pesisir ke pesisir lain.

Baca juga:

Karena hidup berdampingan dengan laut, maka Suku Bajo memiliki keahlian unik. Mengutip dari Indonesia.go.id, Suku Bajo memiliki keahlian menyelam lautan hingga kedalaman 70 meter, hanya dengan sekali tarikan napas tanpa bantuan alat kecuali kaca mata renang.

Sejarah mengatakan, Suku Bajo berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina Selatan. Mereka hidup di lautan lepas hingga masuk ke perairan Indonesia.

Di Tanah Air, Suku Bajo berada di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan wilayah Indonesia bagian timur lainnya.

2. Suku Manggarai 

Caci, permainan adat Manggarai yang terus dilestarikan dan dimainkan saat kunjungan tim Kemenparekraf di Desa Liang Dara, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Rabu (11/5/2022)Dokumen BPOLBF Caci, permainan adat Manggarai yang terus dilestarikan dan dimainkan saat kunjungan tim Kemenparekraf di Desa Liang Dara, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Rabu (11/5/2022)

Suku selanjutnya yang menghuni Labuan Bajo adalah Suku Manggarai, seperti dikutip dari Kompas.com (6/9/2022).

Ferdinandus Moses dalam Buku Mengenal Manggarai di Nusa Tenggara Timur (2018), mengatakan, Suku Manggarai meyakini bahwa leluhur mereka berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat, yang pernah berlayar ke Sulawesi kemudian ke NTT.

“Mereka tiba di Manggarai yang dulunya bernama Nusa Lale, persisnya di daerah Warloka dekat Labuhan Bajo,” (Moses, 2018: 7).

Nusa Lale merupakan sebuah kampung terpencil dan kecil yang kini disebut Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, Flores, NTT. Hal itu terbukti karena ditemuka peninggalan prasejarah zaman batu, berupa permukiman dengan bangunan batu dolmen, batu panjang atau disebut menhir.

Baca juga:

3. Suku Bima atau Mbojo 

Masyarakat Suku Bima atau Mbojo juga turut menghuni Labuan Bajo. Mayoritas Suku Bima menempati Kabupaten Bima dan Kota Bima.

Suku Bima sudah berada di wilayah tersebut sejak zama Kerajaan Majapahit. Mendengar nama Bima, kita seolah diingatkan dengan toko Pandawa Lima, Bima.

Konon, dahulu kala pada masa pemberontakan di Kerajaan Majapahit, Bima melarikan diri ke wilayah tersebut. Tokoh Pandawa Lima itu diangkat menjadi raja pertama di Kerajaan Bima.

Namun, Bima mengangkat anaknya sebagai raja dan ia kembali lagi ke Jawa.  Oleh sebab itu, kadang-kadang ditemui bahasa Jawa kuno yang digunakan sebagian Suku Bima atau Mbojo.

4. Suku Bugis 

Baju Bodo yang dikenakan dengan Lipa Sabbe, sarung sutera khas Suku Bugis.Shutterstock/Syamsul Alam Baju Bodo yang dikenakan dengan Lipa Sabbe, sarung sutera khas Suku Bugis.

Suku terakhir yang menghuni Labuan Bajo adalah Suku Bugis. Melansir dari laman Pemerintah Kabupaten Wajo, Suku Bugis tergolong dalam suku-suku Deutero Melayu yang masuk ke Nusantara, mayoritas di Sulawesi.

Kemudian, masyarakat ini mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan secara mandiri.  

Pada 1950 hingga 1960-an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukkan dengan pemberontakan. Insiden ini mengakibatkan banyak orang Bugis meninggalkan kampung halamannya kemudian menyebar di seluruh Nusantara, termasuk ke Labuan Bajo.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Dana Kepariwisataan Ditargetkan Beroperasi pada Pertengahan 2024

Dana Kepariwisataan Ditargetkan Beroperasi pada Pertengahan 2024

Travel Update
Malaysia Masih Urutan 1 Negara Penyumbang Wisman Terbanyak ke Indonesia

Malaysia Masih Urutan 1 Negara Penyumbang Wisman Terbanyak ke Indonesia

Travel Update
Legenda Bukit Batu Garudo di Pesisir Selatan, Konon dari Burung Garuda yang Mati

Legenda Bukit Batu Garudo di Pesisir Selatan, Konon dari Burung Garuda yang Mati

Travel Update
Harga Tiket DTW Ulun Danu Beratan Naik mulai 1 Januari 2024

Harga Tiket DTW Ulun Danu Beratan Naik mulai 1 Januari 2024

Travel Update
Indahnya Panorama bagai Surga di Puncak Bukit Batu Garudo, Pesisir Selatan

Indahnya Panorama bagai Surga di Puncak Bukit Batu Garudo, Pesisir Selatan

Jalan Jalan
Harga Tiket Pesawat Jakarta-Solo PP Desember 2023, mulai Rp 746.000

Harga Tiket Pesawat Jakarta-Solo PP Desember 2023, mulai Rp 746.000

Travel Update
Rute ke Jembatan Akar di Sayegan, Sekitar 30 Menit dari Tugu Jogja

Rute ke Jembatan Akar di Sayegan, Sekitar 30 Menit dari Tugu Jogja

Travel Tips
Sunrise Hill Bandungan: Harga Tiket, Jam Buka, dan Daya Tarik 

Sunrise Hill Bandungan: Harga Tiket, Jam Buka, dan Daya Tarik 

Jalan Jalan
Keindahan Jalan Raya Penelokan Kintamani, Lokasi Minimarket dengan Panorama Indah di Bali

Keindahan Jalan Raya Penelokan Kintamani, Lokasi Minimarket dengan Panorama Indah di Bali

Jalan Jalan
Jembatan Akar di Sayegan Yogyakarta, Spot Estetis untuk Foto

Jembatan Akar di Sayegan Yogyakarta, Spot Estetis untuk Foto

Jalan Jalan
Sandiaga Targetkan 200-250 Juta Pergerakan Wisnus Saat Nataru 2024

Sandiaga Targetkan 200-250 Juta Pergerakan Wisnus Saat Nataru 2024

Travel Update
Penumpang KRL di Stasiun Tugu Yogyakarta Kini Punya Pintu Keluar-Masuk Khusus

Penumpang KRL di Stasiun Tugu Yogyakarta Kini Punya Pintu Keluar-Masuk Khusus

Travel Update
Gunung Marapi Meletus, Sandiaga Optimistis Wisata Minat Khusus Tidak Terdampak

Gunung Marapi Meletus, Sandiaga Optimistis Wisata Minat Khusus Tidak Terdampak

Travel Update
6 Tempat Glamping di Semarang buat Liburan Akhir Tahun 

6 Tempat Glamping di Semarang buat Liburan Akhir Tahun 

Jalan Jalan
Mengapa Masih Ada Pendakian Saat Gunung Marapi Meletus?

Mengapa Masih Ada Pendakian Saat Gunung Marapi Meletus?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com