Selain jumlah pengunjung yang makin sepi, ketersediaan barang antik di Jalan Surabaya pun sudah tidak sebanyak dulu.
Umumnya barang bekas yang dijual di Jalan Surabaya, kata Tamim, berasal dari pengepul, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
"Dulu saya sempat ke China dan India untuk mencari barang bekas. Sekarang tinggal dikirim saja ke Indonesia, karena sudah kenal (dengan pengepulnya). Cuma saat ini tidak sebanyak dulu," kata Tamim.
Ia menambahkan, sumber barang bekas biasanya banyak bersumber dari India karena India adalah salah satu negara bekas jajahan Inggris.
"Barang bekas yang paling jauh itu dari Belanda, karena di luar negeri harganya lebih murah. Banyak orang Indonesia di Belanda yang mengirim barang bekas ke Indonesia," ujar Tamim.
Baca juga:
Melihat sepinya kawasan Jalan Surabaya saat ini membuat sebagian besar pedagang di Jalan Surabaya memperluas pasar melalui adaptasi dengan perkembangan teknologi.
Umumnya, para pedagang di Jalan Surabaya yang sudah memasuki usia senja dibantu oleh sang anak ataupun keluarga untuk memasarkan barang di marketplace.
"Kebanyakan orang sekarang belinya di online (daring), jarang ada yang mau langsung datang," kata Tamim.
Bahkan, kata Tamim, kondisi kawasan Jalan Surabaya saat ini tidak bisa dibedakan antara waktu kunjungan hari biasa dan akhir pekan.
"Dulu ramai pada hari Sabtu dan Minggu. Sekarang sama saja, mau akhir pekan ataupun hari biasa tidak ada bedanya," pungkas Tamim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.