LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Awan hitam tebal di atas langit Kota Labuan Bajo bersiap untuk menumpahkan titik-titik air. Udara yang semula panas, tiba tiba berubah sejuk dan dingin, begitu hujan mengguyur ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) sore itu.
Cuaca yang dingin membuat saya bersama dua orang teman, masing-masing Marwan dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional X Kupang NTT dan Dwi Respono, Project Manager dari PT Anugerah Nuansa Kasih, mencari tempat nongkrong yang pas untuk sekadar kongkow bareng.
(Baca juga : Yuk, Cicipi Kuliner Toraja di Kafe Kopi Ini...)
Dengan menggunakan sebuah mobil mini bus, kami bertiga kemudian menuju La Bajo Flores Coffee yang letaknya berada di Jalan Soekarno Hatta, Kampung Tengah, Labuan Bajo.
(Baca juga : Benarkah Kopi Liong Bogor yang Melegenda Itu Tutup?)
Begitu masuk ke dalam kafe, kami langsung disambut sejumlah pelayan kafe yang begitu ramah. Kami juga disambut pemilik kafe Wemmi Sutanto dan juga Manager Kafe Bambang Harijanto.
Di kafe tersebut, terdapat dua ruangan yakni di bagian luar dan di dalam. Di luar ruangan bagian depan, berjejer kursi dan meja yang diisi oleh pengunjung warga lokal dan wisatawan asing dari berbagai negara.
(Baca juga : Daerah Penghasil Kopi di Indonesia Favorit Warga Dunia)
Sedangkan khusus di bagian dalam kafe, terdapat tempat duduk, meja dan sofa serta sejumlah ornamen lainnya di bagian dinding.
Ruangan yang menggunakan pendingin ruangan itu dilengkapi dengan Wifi gratis, sehingga terlihat semua pengunjung santai menikmati kopi sambil browsing internet.
Khusus di bagian dinding, terdapat lukisan penari caci, kain adat Manggarai dan tulisan tangan pengunjung dari berbagai negara, termasuk juga nama dan tanda tangan Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo.
Menurut Wemmi, kafenya itu dibangun sejak bulan Juni 2017.
Wemmi mengaku, dirinya terinspirasi membuka usaha kafe, setelah mengikuti Festival Kopi Flores yang digelar oleh Kompas di Bentara Budaya pada bulan September Tahun 2016.
"Saat festival itu, kita adalah salah satu pesertanya. Dari situ kan banyak pengunjungnya sehingga kita lalu diskusi dengan para pengunjung atau istilahnya para penggila kopi di Jakarta dan akhirnya muncul ide untuk buka kafe ini," kata laki-laki yang murah senyum ini.