Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Embung Nglanggeran di Yogyakarta Mengering, Wisatawan Menurun

Kompas.com - 16/11/2023, 14:34 WIB
Markus Yuwono,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Air di Embung Nglanggeran di Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), surut dan nyaris mengering. Peristiwa tersebut mengakibatkan penurunan wisatawan hingga 50 persen.

Dari pengamatan Kompas.com di lokasi, air mengalami penyusutan cukup signifikan. Hanya tinggal beberapa sentimeter (cm) di dasar embung yang terbuat dari geomembran ini.

Baca juga: Hebohnya Sideface Selfie di Embung Nglanggeran

Salah seorang wisatawan nusantara asal Jakarta, Yosua Endrew mengatakan bahwa ia mampir ke Embung Nglanggeran saat melaksanakan kunjungan belajar di DIY. Menurutnya, suasana di lokasi yang sejuk membuatnya nyaman.

Namun, lanjutnya, kondisi air embung yang surut membuat pemandangan yang dilihatnya tidak seperti yang beredar di media sosial. 

"Embung lagi agak surut, tidak bisa melihat penuhnya (air). Tidak terlalu kecewa karena untuk menikmati alam," kata Yosua kepada Kompas.com, Kamis (16/11/2023).

Baca juga:

Pengunjung kecewa

Embung Nglanggeran di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Kamis (25/4/2013). Tempat penampungan air dari mata air di Gunung Api Purba Nglanggeran itu untuk mengairi Kebun Buah Nglanggeran seluas 20 hektar, tempat budidaya buah durian dan kelengkeng. Embung ini juga untuk menambah daya tarik kawasan wisata Gunung Api Purba NglanggeranKOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Embung Nglanggeran di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Kamis (25/4/2013). Tempat penampungan air dari mata air di Gunung Api Purba Nglanggeran itu untuk mengairi Kebun Buah Nglanggeran seluas 20 hektar, tempat budidaya buah durian dan kelengkeng. Embung ini juga untuk menambah daya tarik kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran

Salah seorang pengelola Embung Nglanggeran, Suwarno menyampaikan, air di Embung Nglanggeran sudah surut sejak dua bulan terakhir.

"Sekarang menyisakan air sekitar 20-30 cm," katanya. 

Kondisi seperti ini, tambahnya, terjadi jika kemarau cukup panjang. Sebab, sumber air untuk mengisi embung sebagian besar berasal dari air hujan, ditambah sumber air. 

Baca juga: Walau Embung Nglanggeran Kering, Tetap Asyik untuk Foto-foto

Air embung digunakan untuk mengairi lahan tanaman durian dan kelengkeng seluas sekitar 20 hektar. Mengeringnya air ini membuat pengunjung kecewa.

"Ada pengunjung yang kecew  karena airnya surut. Penurunan (jumlah kunjungan wisatawan) sekitar 50 persen dibandingkan hari biasa sebelum surut," ucapnya.

Suwarno menambahkan, rata-rata saat air embung normal, jumlah kunjungan wisatawan pada hari biasa bisa mencapai 100-an wisatawan. Saat ini sekitar 40 sampai 50-an wisatawan per hari. 

"Ada yang telepon dulu menanyakan kondisi embung, jadi ke sini tidak kecele," kata dia.

Adapun hujan yang sudah mulai mengguyur wilayah Gunungkidul pun menjadi harapan baru. 

"Semoga hujan segera turun, karena tanaman buah juga perlu pengairan. Air embung sudah habis," kata dia.

Baca juga:

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com