TAMBOLAKA, KOMPAS.com — Kerinduan untuk berjumpa dengan Pastor Robert Romane, C.Ss.R di Kompleks ordo Redemptoris di Tambolaka, ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT akhirnya terwujud.
KompasTravel sudah lama memiliki niat untuk melihat sosok dan berdiskusi dengan budayawan Sumba itu karena karya gemilangnya membangun Rumah Budaya Sumba sebagai pusat budaya, studi dan penelitian tentang budaya Sumba.
Awal ketertarikan KompasTravel mengunjungi museum dan Rumah Budaya Sumba itu dari promosi buku yang dipublikasikan media massa dengan judul “Sumba Forgotten Island, Pulau yang Dilupakan”.
Baca juga: Pulang dari Sumba, Ini 5 Pilihan Oleh-olehnya
Buku itu menceritakan budaya, rumah adat, ritual adat serta keunikan-keunikan alam Pulau Sumba, cerita-cerita mistis dan magis melalui karya fotografi yang apik dan profesional.
Publikasi media massa tentang imam yang tertarik di dunia fotografi membuat KompasTravel terus menerus ingin berkunjung dan mengenal lebih dekat sosok di balik buku tersebut. Menjelajahi Pulau Sumba dua tahun lalu belum terwujud untuk mengunjungi rumah budaya yang sudah semakin terkenal di seluruh dunia.
Baca juga: Keunikan Julang Sumba di TN MataLawa Memukau Wisatawan
Waktu itu rencana mengunjungi Museum Budaya Sumba belum terwujud karena agenda-agenda yang sudah dijadwalkan sangat padat. Saat itu KompasTravel menjelajahi Pulau Sumba dari Barat ke Timur. Dari Tambolaka menuju ke Waikabubak.
Dari Tambolaka ke Waikabubak ditempuh kendaraan roda empat selama kurang lebih tiga jam. Selanjutnya menginap di salah satu hotel di Kota Waikabubak, ibukota Kabupaten Sumba Barat.
Keesokan harinya KompasTravel mengunjungi kampung tradisional Praijing untuk melihat rumah adat Sumba, tenun sumba serta kebiasaan orang Sumba di Kampung Praijing saat menyambut tamu.
Baca juga: Menerobos Rimba Manurara Pulau Sumba Mencari Air Terjun Matayangu
Beruntung saat itu ada sejumlah rombongan dari berbagai kota di Indonesia yang mengunjungi perkampungan tradisional tersebut.
Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Mengunjungi Sumba?
Kesempatan kedua pada Agustus 2018 KompasTravel diundang lagi oleh Balai Taman Nasional MataLawa Sumba untuk meliput kompetisi lomba foto burung dan birdrace di lokasi pengamatan burung di Manurara, Desa Manurara, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah.
Kali ini rute penerbangan yang diambil Waelengga-Soa-Kupang-Waengapu. Saya tiba di Bandara Umbu Mehang Kunda Waengapu, Sabtu (4/8/2018).
Hari itu menempuh kendaraan roda empat yang disiapkan panitia menuju ke Waikabubak, ibukota Sumba Barat dengan menempuh perjalanan selama empat jam lebih.
Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Mengunjungi Sumba?
Kesempatan kedua ini KompasTravel sisihkan waktu di sela-sela liputan lomba foto burung dan birdrace. Pertama fokus untuk meliputi lomba bersama keunikan alam yang sudah dijadwalkan oleh panitia dari Balai Taman Nasional MataLawa Sumba.
Minggu (5/8/2018), saya sempat mengelilingi Waebakul-Tambokala untuk berjumpa dengan peserta lomba yangmendarat di Bandara Tambolaka. Hari itu juga saya mencari informasi tentang Rumah Budaya Sumba.
Saat menunggu di Bandara Tambolaka, saya mencari nomor kontak Pastor Robert, C.Ss.R di handphone. Beruntung nomor kontak masih tersimpan dan saat itu saya mengabarkan melalui pesan whatsapp tentang rencana ke Rumah Budaya Sumba.
Namun rencana hari tidak terwujud karena padatnya kegiatan sepanjang hari hingga kembali ke penginapan Puspas Keuskupan Sumba di Waibakul, Sumba Tengah bersama seluruh peserta lomba, tim juri dan panitia setempat.