Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Berkhayal Kelana ke Ubud, Gara-gara Slank dan Lagu Tepi Campuhan...

Kompas.com - 24/07/2021, 14:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Kelas menengah yang mengalami kerinduan spiritual ini cenderung mencari tempat-tempat kontemplatif seperti pegunungan, jurang, sungai, dan lembah," ujar Popo.

Pada kurun waktu tulisan tersebut diracik, Popo melihat ada kecenderungan jurang atau lembah menjadi pilihan baru. Laut dirasa mulai jenuh.

Wayan Munut, pemilik Hotel Cahaya Dewata, di artikel ini pun bilang, masyarakat Bali menganggap lembah atau jurang punya getaran kesucian.

"Saya cuma melihat jurang suatu saat akan menjadi tempat tujuan akhir," kata Munut. 

Berawal dari jurang dan tebing kali

Made Parnatha, warga Ubud yang dikutip dalam tulisan Putu Arcana, bertutur bahwa titik awal pembangunan di atas tebing tukad (sungai) di kawasan itu telah dimulai pada 1929.

Baca juga: Itinerary Weekend di Ubud, Satu Hari Jelajahi Pasar sampai Istana

Ada warga Jerman bernama Walter Spies, tutur dia, memutuskan menetap di Ubud. Saat itu, Tuan Sepis—begitu warga setempat memanggilnya—membangun sebuah rumah di atas tebing Tukad Campuhan.

"Rumah itu kini menjadi Hotel Campuhan milik keluarga Puri Ubud," ujar Made Parnatha, di situ.

Namun, Munut-lah yang mengawali perubahan besar di kawasan tersebut. Dia sudah melakukannya sejak 1965, ketika membangun Munut Bungalow di tebing Tukad Campuhan.

Jurang, bagi masyarakat Bali adalah gambaran ruang tak terjamah. Mistis. 

Munut, sebagai seniman lukis juga, memandang ruang tak terjamah itu sebagai simbol otentisitas. Bagi seniman, setidaknya, itu adalah ruang untuk berburu originalitas. 

Maka, ketika Munut mendirikan Cahaya Dewata pada 1980, dia membuktikan bahwa pencarian soal originalitas itu bukanlah miliknya seorang.

Wisatawan berdatangan, hotel-hotel dari papan biasa sampai papan atas dibangun, ekonomi lokal bergerak.

Salah satu perwakilan hotel jaringan yang ada di situ pun bilang, para tamunya cenderung lebih lama tinggal di Ubud ini daripada di hotel mereka di Jimbaran yang bernuansa pantai. Kontemplasi adalah kata kunci.

Ubud hari ini

Semua cerita itu adalah kisah Ubud sebelum pandemi datang. Itu juga adalah kisah di balik layar dari keramaian Ubud, terlepas dari pariwisata Bali secara keseluruhan.

Pertanyaannya sekarang, apa kabar Ubud ketika pandemi datang?

Halaman:


Terkini Lainnya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com