Dahulu, para pelaut akan melakukan ritual dengan mengadakan pesta makan, minum, dan berdansa. Mereka percaya bahwa ritual yang melibatkan Tari Cakalele akan mendapat restu dari arwah leluhur.
Baca juga: Cerita Perajin di Desa Wisata Arborek Raja Ampat yang Terdampak Pandemi
Saat melakukan tarian ini, para penari akan menggunakan pakaian perang. Pakaian antara penari laki-laki dan perempuan berbeda. Pakaian laki-laki didominasi oleh warna terang seperti merah dan kuning tua.
Terdapat filosofi di balik penggunaan warna merah pada penari laki-laki. Merah diartikan sebagai keberanian, dan selaras dengan sifat laki-laki di Maluku yang pantang menyerah.
Pakaian laki-laki terdiri dari penutup kepala atau tualipa, selempang atau salebutu, dan ikat pinggang atau goronamabiliku. Pakaian ini dilengkapi dengan peralatan perang seperti parang dan perisai.
Baca juga: Marina Star Sorong, Kulineran di Pelabuhan Sambil Nikmati Sunset
Biasanya, perisai atau salawaku yang digunakan memiliki motif tertentu. Motif ini dibuat berdasarkan perhitungan tertentu yang dipercaya mampu menangkis serangan musuh.
Sementara untuk pakaian perempuan, mereka hanya menggunakan pakaian adat sederhana yang dilengkapi dengan sapu tangan atau lenso.
Mengutip situs Jalur Rempah kelolaan Kemdikbudristek, terdapat satu hiasan khas yang menjadi identitas Tari Cakalele.
Baca juga: Itinerary Seharian Wisata di Kota Sorong, Nikmati Sunset dari Atas Tebing
Hiasan itu adalah burung Cenderawasih yang menjadi pelengkap kostum tarian dan dikenakan di kepala. Hiasan ini dilekatkan bersamaan dengan topi tembaga dari Portugis bernama Kapsete.
Bagi masyarakat Banda, burung Cenderawasih merupakan hal yang penting terutama dalam tatanan adat dan budaya mereka. Alhasil, jika burung Cenderawasih tidak terpasang di Kapsete, Tari Cakalele tidak bisa ditarikan.
Ketika sedang menari, orang-orang yang berpartisipasi dalam Tari Cakalele akan diiringi dengan musik tifa, suling, dan bia atau instrumen tiup dari kerang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.