Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Padusan, Tradisi Unik Masyarakat Jawa Menyambut Ramadhan

Kompas.com - 25/03/2022, 13:31 WIB
Ulfa Arieza ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia memiliki sejumlah tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Salah satunya adalah padusan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Berdasarkan informasi dari situs Portal Informasi Indonesia, (31/9/2019), tradisi turun temurun ini dilakukan dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air lainnya.

Baca juga: Tutup Selama Ramadhan, Pendakian Gunung Andong Buka Lagi 14 Mei 2021

Biasanya, padusan dilakukan sehari sebelum menjalani ibadah puasa Ramadhan. Berikut ini adalah beberapa informasi tentang padusan:

Padusan adalah

Padusan berasal dari bahasa Jawa adus yang berarti mandi. Makna padusan bagi masyarakat Jawa adalah menyucikan diri serta membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut datangnya bulan suci.

Tujuannya agar saat Ramadhan datang, umat Islam dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin.

Apabila ditelaah lebih jauh, padusan memiliki makna yang sangat dalam yaitu sebagai media untuk merenung dan instropeksi diri dari berbagai kesalahan yang telah dibuat pada masa lalu.

Baca juga: 8 Perbedaan Suasana Ramadhan di Turki dan Indonesia Selama Pandemi

Oleh karena itu, seharusnya ritual ini dilakukan seorang diri di tempat yang sepi. Sebab dalam kondisi sepi tersebut, muncul kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik ketika melangkah memasuki bulan Ramadhan.

Jadi komoditas wisata

Masih dari sumber Portal Informasi Indonesia, nilai ritual padusan akhir-akhir ini telah bergeser.

Padusan yang seharusnya dilakukan seorang diri, kini berubah menjadi mandi atau berendam beramai-ramai di satu mata air, sehari sebelum menjalani ibadah puasa Ramadhan. Padusan yang tadinya sakral, lambat laun berubah menjadi komoditas pariwisata.

Suasana di mata air atau Umbul Cokro Klaten.visitjawatengah.jatengprov.go.id Suasana di mata air atau Umbul Cokro Klaten.

Imbas dari pergeseran nilai adalah lahirnya beberapa tempat yang menjadi obyek wisata padusan. Di tempat wisata ini, masyarakat beramai-ramai melakukan ritual padusan.

Keunikan tradisi leluhur ini, bahkan menarik perhatian wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Selain itu, padusan menjadi salah satu budaya masyarakat Indonesia.

Baca juga: 8 Perbedaan Suasana Ramadhan di Turki dan Indonesia Selama Pandemi

Berdasarkan informasi dari Tribun Travel, (4/5/2019), masyarakat saat ini banyak memaknai padusan sebagai ritual mandi tanpa melepas pakaian, secara massal pada satu hari menjelang Ramadhan.

Padahal, lebih dari itu, Padusan memiliki makna membersihkan jiwa dan raga sehingga benar-benar siap dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Baca juga: 7 Tradisi Unik Saat Bulan Ramadhan di Berbagai Negara

Selain itu, padusan juga seharusnya dimaknai sebagai media untuk merenung dan intropeksi diri atas kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu.

Lokasi padusan

Padusan digelar pada sejumlah lokasi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Untuk Jawa Tengah, lokasi padusan banyak ditemukan di Klaten, antara lain Umbul Manten, Obyek Mata Air Cokro (OMAC), Umbul Ponggok, Umbul Nilo, Umbul Kapilaler, dan Umbul Cokro.

Umbul Manten Klaten.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Umbul Manten Klaten.

Pemandian alami ini selalu dipadati pengunjung yang ingin melakukan ritual padusan. Namun, belum ada informasi lebih lanjut terkait penyelenggaran padusan tahun ini di Klaten berkaitan dengan kondisi pandemi Covid-19.

Baca juga: Jelang Puasa, Tren Kunjungan Wisatawan ke Bantul Dinilai Menurun

Kegiatan serupa juga dilakukan di Umbul Petilasan Joko Tingkir di Semarang. Ribuan warga yang bukan hanya berasal dari Semarang memadati petilasan ini untuk menjalani padusan.

Sedangkan di Yogyakarta, tradisi padusan dilakukan pada sejumlah lokasi yang memiliki sejarah. Sebut saja, Umbul Pajangan di Sleman, Sendang Klangkapan di Sleman, dan Sendang Ngepas Lor di Sleman.

Pantai Ngobaran, salah satu obyek wisata di Kabupaten Gunungkidul.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Pantai Ngobaran, salah satu obyek wisata di Kabupaten Gunungkidul.

Selain itu, ritual padusan di Yogyakarta juga diselenggarakan pada sejumlah pantai di kawasan Gunungkidul.

Mengutip Kompas.com (22/3/2022), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul, tidak melarang warga menggelar tradisi padusan di kawasan pantai.

Sebab, larangan padusan dikhawatirkan justru berdampak pada sektor ekonomi dan pariwisata. Namun demikian, warga yang hendak melaksanakan ritual padusan tetap harus disiplin protokol kesehatan (prokes).

Baca juga: Saat Ramadhan, Masjidil Haram dan Kakbah Diberi Parfum 10 Kali Sehari

“Penting tetap prokes saja. Kalau larangan nanti konteks dampak sosial, saya pikir kita saling komunikasi saja," kata Wakil Bupati Gunungkidul, Heri Susanto dikutip dari Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com