Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Dua Bule Belanda "Ngontel" di Pedesaan Sentolo, Kulon Progo...

Kompas.com - 02/06/2022, 15:06 WIB
Dani Julius Zebua,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Spot foto mengagumkan

Berwisata rasanya kurang afdol bila tanpa foto-foto. Towil mengungkapkan, pedesaan yang alami merupakan spot foto terbaik. Tidak ada yang dibuat-buat selama perjalanan itu.

“Jadi bagaimana pintar-pintarnya mengambil spot dan membiarkan alam yang berbicara. Artinya, bagaimana kita membawanya menyampaikannya dan mengemasnya sejujur-jujurnya, itu lebih bagus,” kata Towil.

"Biarlah di sini tempat tersenyum secara riil bermasyarakat yang ada," kata Towil.

Baca juga: Sawah Tadah Hujan Instagramable di Kulon Progo Berlatar Perbukitan Menoreh

Hermen dan Linda mengaku gembira dengan berkeliling pakai sepeda itu. Terutama Hermen yang mengaku menyukai suasana damai dan tenang di desa, berbeda dengan kota Yogyakarta yang sibuk dan ramai.

“Itulah yang menyenangkan kehidupan di desa seperti ini ketimbang (sibuk dan bising) di kota,” kata Hermen.

Keramahan warga juga menyentuh hati mereka. Warga membuka lebar pintu rumah sepanjang kehadiran dua wisatawan tersebut dan membiarkan aktivitas harian mereka disaksikan.

Bahkan di rumah Musinem, Linda dipinjami baju kebaya untuk berfoto. Musinem sampai mengeluarkan semua jajanan dan air untuk dicicipi para turis.

“Kami menemui orang-orang yang sangat ramah,” kata Hermen.

Baca juga: Ikon Baru Pariwisata Kulon Progo, Lagu-lagu dengan Tiga Bahasa

Pariwisata mulai pulih

Kehadiran dua wisatawan Belanda tersebut dinilai sebagai salah satu tanda bahwa pariwisata semakin membaik. Pandemi pun diyakini berangsur menuju endemik.

“Hari ini adalah surprise yang akan berkelanjutan. Ini awal surprise bagi kami dan warga,” kata Towil.

Dua tahun pandemi, pariwisata mancanegara daerah tersebut bisa dikatakan mati suri.

Padahal, dulunya Banguncipto ramai pelancong. Terlebih saat musim panas, Towil bisa melayani 30-40 turis setiap harinya. Saking banyaknya, warga setempat kerap dilibatkan untuk jadi pemandu.

Baca juga: Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Wisata Bukit Ngisis Kulon Progo

Untuk wisata bersepeda semacam ini sekitar 80 persen peminatnya merupakan wisatawan asal Belanda, 15 persen dari berbagai negara di Eropa, dan sisanya dari negara lain.

Tamu WNA bisa memesan berbulan-bulan sebelumnya, bahkan setahun sebelumnya.

“Tadinya turis bisa datang pagi-sore, pagi-sore,” kata Towil.

Setelah keran pariwisata dibuka, turis asing berpeluang kembali menyerbu. Pria kelahiran Boyolali 48 tahun silam ini mengungkapkan, beberapa agen perjalanan wisata sudah mengingatkan agar bersiap menerima pengunjung luar negeri lagi.

“Lima grup lagi yang sudah booking. Mereka ini penundaan yang 2020. Hermen dan Linda termasuk yang penundaan beberapa tahun lalu,” kata Towil.

Baca juga: Taman Tresno Jasa Marga di Kulon Progo, Tambang Pasir yang Jadi Tempat Wisata

Wisata bersepeda ala Towil menonjolkan ketahanan budaya. Ia berniat terus konsisten melestarikannya untuk menyatukan liburan dan edukasi dalam satu bingkai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Travel Update
5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

Hotel Story
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com