Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Jamuan Privat sampai Kain Multifungsi

Kompas.com - 15/09/2014, 13:30 WIB
MALAIKA (46) bagai peri dari negeri dongeng yang dengan tongkatnya mampu mengubah segala yang disentuhnya. Berbekal sebuah meja, ia menawarkan jamuan pribadi di rumah sekaligus vilanya di kawasan Sanur, Bali.

Di dapur Malaika, berbagai menu makanan diracik secara terbuka yang bisa ditonton oleh para tamu. Dapur mungilnya itu didesain serba terbuka dan menyatu dengan taman berkolam renang yang berposisi di tengah-tengah rumah. Berdampingan dengan dapur, pada teras di tepi kolam renang, berdiri meja makan bundar bercat rustic kehijauan. Di sinilah, Malaika menggelar jamuan pribadi (private dining) bagi para turis yang singgah ke Bali.

Proses memasak dapat langsung dinikmati oleh tamu-tamu, mulai dari persiapan bahan-bahan hingga cara memasak. Mas Malaika, nama lengkapnya, sebenarnya pernah membuka restoran dan spa selama 11 tahun di Seminyak, Bali. Oleh karena kontrak tempat tidak diperpanjang, tahun 2008 ia memindahkan restoran ke rumahnya yang sekaligus dijadikan vila bernama Malaika Secret Garden, Mesuei Home.

Ia mengubah konsepnya menjadi jamuan pribadi dengan sentuhan personal sehingga turis yang menjadi tamunya dijamu layaknya keluarga sendiri. Menunya, mulai dari masakan khas Bali dan menu kreasi sendiri. Beberapa menu mengambil konsep raw food atau tanpa pemasakan, antara lain condiment atau saus cocolan dari tahu putih dingin yang dicampur dengan rajangan daun thyme, daun adas, wijen hitam, dengan taburan wijen mentah dan daun selada sebagai pemanis.

Malaika bersetia mengolah masakannya selalu dari bahan-bahan organik dan wild crafted atau produk asli dari alam. Sebuah pasar kaget bahan pangan organik yang rutin digelar setiap hari Minggu di kawasan Sanur, adalah satu tempat yang sering disambangi Malaika untuk berbelanja.

Pelanggan private dining kreasi Malaika didominasi turis-turis asing yang menginginkan pengalaman bersantap yang berbeda dengan di restoran. Paket private dining seharga 70 dollar AS per orang tersebut rupanya cukup digemari para turis yang singgah di Bali.

Malaika mengaku, semula tidak bisa memasak sekalipun sempat memiliki restoran. Ia tidak pernah membayangkan dirinya memasak apalagi untuk pelanggan restorannya. Kondisi juga yang mendesaknya sehingga akhirnya ia mampu memasak. Suatu hari, kokinya tidak masuk dan ia kesulitan mencari pengganti. Padahal ada tamu-tamu yang sudah memesan kursi untuk jamuan.

”Seorang kawan menyarankan agar saya turun ke dapur, masak apa saja yang saya suka dengan hati, dengan penuh perasaan,” ungkap Malaika. Jadilah Malaika kerap kebingungan ketika ditanya nama-nama masakannya.

Seperti saat ia memasak ayam goreng yang diguyur dengan sambal tomat dan kemangi. Ia harus berpikir beberapa saat sebelum kemudian menyebut kata Malaika Basilica Chicken untuk masakannya itu. Begitu pula cappuccino-nya yang sedap yang dibuat dari gilingan biji kopi Bali yang dicampur dengan krim kelapa dari santan kental dicampur kayu manis dan vanili. Meskipun tanpa gula, cappuccino tanpa nama ini terasa manis dari hasil perpaduan bahan-bahannya. Rasa gurih khas dari kelapa tersisip samar di akhir tegukan.

Perempuan ini juga memakai bahan-bahan khas dalam masakan Bali, seperti jantung pisang, biyah-biyah atau eceng gondok, rumput laut, daun melati, daun pepaya, bunga lengkuas, rebung, dan terung-terungan yang dimasak dengan api kecil. Alat masak yang digunakan terbuat dari gerabah, seperti kuali dan periuk. Cita rasa makanan yang dimasak dari gerabah memang memberi aroma sedap tersendiri.

Produk spa

Industri pariwisata di Bali yang mapan membuat pelaku wirausaha seperti Malaika mudah menciptakan berbagai peluang bisnis. Selain menggarap paket private dining bagi para turis, Malaika juga meracik sendiri aneka produk spa yang berakar dari resep kecantikan tradisional Bali. Malaika banyak memanfaatkan peninggalan catatan di daun lontar milik kakeknya yang memuat resep-resep ramuan obat dan spa.

Saat pulang ke Bali setelah menyelesaikan studi bisnisnya di Inggris, Malaika terkesan dengan aroma yang dihirupnya. Rupanya, sang kakek merebus ramuan yang aromanya sangat melenakan dirinya. Dari situ, ia mempelajari lontar-lontar milik sang kakek dan mengembangkannya menjadi produk spa yang ia beri nama Aroma Episode. Ramuan spa-nya pun telah diikutkan pada uji INCI (International Nomenclature of Cosmetic Ingredients) di Frankfurt, Jerman, guna mengetahui kandungan unsur penyusun produk spanya.

Produk-produk spanya kini dipasok ke hotel-hotel yang menyediakan layanan spa. Produknya juga dipakai di beberapa spa di Paris, Perancis. Nilai ekspor produk spanya mencapai Rp 300 juta per tiga bulan. Ke depan, ia berencana membuka restoran dan spa bekerja sama dengan sebuah hotel. Ia juga diminta menjadi pemasok minuman penyambut tamu di hotel tersebut.

Mimpi-mimpi Malaika terus bergerak mencari perwujudan. Masa lalunya yang didera hidup serba susah mendorongnya menjadi pribadi yang berani, kuat, terbuka, dan cerdik mencari peluang. Ia selalu mencari berbagai kesempatan usaha sebagai sarana perwujudan kreativitasnya.

Kini, selain bergerak di bidang kuliner dan spa, Malaika juga memproduksi kain pantai yang terbuat dari batik cap. Pewarnanya sebagian besar berasal dari pewarna alam. Ia menjual kain pantainya di beberapa gerai di Bali. Kain pantai berukuran 180 x 125 sentimeter ini dihargai 16 dollar AS per lembar.

Dalam kemasannya, ia melengkapi produk kain pantai itu dengan pengetahuan tentang cara perawatan kain serta varian cara pakai kain pantai. Kain tersebut bahkan bisa digunakan dalam aneka cara sehingga tersulap menjadi gaun terusan, berbagai bentuk atasan, hingga bawahan. ”Sangat praktis dibawa traveling, dengan satu kain saja bisa jadi macam-macam bentuk pakaian,” ujar Malaika. (Sri Rejeki & Sarie Febriane)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

Travel Update
8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

Jalan Jalan
Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Travel Update
5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

Jalan Jalan
6 Hotel Murah di Cilacap, Tarif mulai Rp 194.000

6 Hotel Murah di Cilacap, Tarif mulai Rp 194.000

Hotel Story
5 Tips Liburan dengan Open Trip yang Aman dan Menyenangkan

5 Tips Liburan dengan Open Trip yang Aman dan Menyenangkan

Travel Tips
3 Juta Wisatawan Kunjungi Banten Saat Libur Lebaran 2024, Lebihi Target

3 Juta Wisatawan Kunjungi Banten Saat Libur Lebaran 2024, Lebihi Target

Travel Update
Cara Menuju ke Wisata Pantai Bintang Galesong, 1 Jam dari Makassar

Cara Menuju ke Wisata Pantai Bintang Galesong, 1 Jam dari Makassar

Jalan Jalan
The 2nd International Minangkabau Literacy Festival Digelar mulai 8 Mei

The 2nd International Minangkabau Literacy Festival Digelar mulai 8 Mei

Travel Update
Wisata Pantai Bintang Galesong, Cocok untuk Liburan Bersama Rombongan

Wisata Pantai Bintang Galesong, Cocok untuk Liburan Bersama Rombongan

Jalan Jalan
Padatnya Wisatawan di Bali Disebut Bukan karena Overtourism

Padatnya Wisatawan di Bali Disebut Bukan karena Overtourism

Travel Update
Kunjungan Wisata Saat Lebaran 2024 di Kabupaten Malang Turun, Faktor Cuaca dan Jalan Rusak

Kunjungan Wisata Saat Lebaran 2024 di Kabupaten Malang Turun, Faktor Cuaca dan Jalan Rusak

Travel Update
Kemenparekraf Tegaskan Bali Belum Overtourism, tapi...

Kemenparekraf Tegaskan Bali Belum Overtourism, tapi...

Travel Update
Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Akan Buka Kembali Juni 2024

Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Akan Buka Kembali Juni 2024

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com