Burung di alam semesta lebih dulu bangun dari tempat sarangnya, baik yang berada di dalam lubang-lubang kayu maupun yang bersarang di dahan-dahan pohon kesukaan mereka.
Pada malam hari burung menyebarluaskan benih-benih pohon kayu, burung tak pernah merusak pohonnya, mengambil buah-buah tahap demi tahap, tidak rakus.
Sepertinya burung mengerti bahwa masih ada hari esok untuk kehidupan mereka sehingga mereka mengambil buah dan buahnya sesuai ukuran lambungnya. Kalau sudah kenyang, burung kembali ke sarangnya.
Saya mengalami peristiwa unik dan langka, Senin (6/8/2018) sekitar 17.30 Wita. Sepasang Julang Sumba menikmati hidangan alam yang sangat cocok dengan selera dan lidahnya. Satu per satu Julang Sumba Jantan mencotok buah pohon Kapaka di sekitar shelter Manurara.
Posisi jantan berada di dahan paling tinggi dari pohon itu sementara Julang Betina berada di bawahnya. Sekali-kali pejantan bercanda dengan kekasihnya dengan menurunkan buah pohon itu melalui lidahnya. Kekasihnya menyambutnya dengan penuh gembira.
Selain itu, kekasihnya, Julang Betina berbalik menyapa pasangannya yang mengerti dan memahaminya di atas pohon sambil bercanda dan manja kepada kekasihnya itu.
Melihat cara mengambil buah pohon itu, saya sangat kagum dan terkejut betapa burung menghargai makanannya yang disediakan alam semesta.