Penanggung jawab Lomba Foto Burung dan Birdrace TN MataLawa 2018 sekaligus Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Dwi Putro Notonegoro kepada KompasTravel di Penginapan Puspas Sumba Tengah, Rabu (8/8/2018) menjelaskan Burung Julang Sumba membuat sarang untuk bertelur di lubang-lubang pohon raksasa.
Ratusan meter tinggi pohon itu, khusus pohon jenis Mara (tetrameles nudiflora) menjadi tempat bersarang, menyimpan telur dan tempat menetasnya.
Notonegero menjelaskan, para peneliti dan wisatawan minat khusus selalu memiliki kerinduan dan dibuat penasaran oleh Julang Sumba karena keunikan yang dimiliki burung itu. Dari belasan jenis Julang atau Rangkong yang ada di Indonesia, tanduk (pada paruh) Julang Sumba lebih pendek dan pipihnya dibandingkan yang lainnya.
Tanduknya berkembang seiring dengan bertambah usia. Paruhnya berfungsi sebagai perangkat akustik untuk memperbesar suaranya yang bisa terdengar hingga ribuan meter di tengah hutan belantara.
Kepala dan leher jantan merah karat kekuningan. Sedangkan pada betina berwarna hitam. Julang menetaskan telur di dalam lubang pohon. Sarangnya unik karena si betina harus masuk di dalamnya dan tugas pejantan mengirimkan makanan setiap hari.
Julang seringkali terlihat berpasangan yang menunjukkan sifatnya yang monogami. Cukup mudah dijumpai di Taman Nasional MataLawa Sumba di hutan Billa, Mananiwa, Manurara dan Maloba.