Peserta lomba foto burung dan birdrace, tim juri, jurnalis yang pertama kali melihat burung itu tak bergeser dari lokasi pengamatan yang jaraknya ratusan meter.
Ketajaman mata manusia untuk merekam hal tersebut memberikan kesan yang mengagumkan betapa unik dan indahnya warna burung itu yang hanya ada di Taman Nasional MataLawa Sumba.
Bagi peserta yang tak mampu melihat secara langsung, mereka melihat di kamera dari juru foto yang terus mengabadikan gerak gerik dari burung tersebut.
Mengabadikan dengan mengambil gambar serta membuat video dalam kamera dari juru foto itu merupakan kebanggaan tersendiri bahwa mereka melihat langsung burung itu yang selama ini diceritakan, dibaca di berbagai buku referensi tentang burung Sumba.
Masing-masing peserta, jurnalis serta KompasTravel yang pertama kali melihat burung itu merasa kagum betapa keanekaragaman jenis-jenis burung di Nusa Tenggara Timur membanggakan orang Nusa Tenggara Timur di level internasional dan nasional.
Rasa penasaran KompasTravel serta peserta yang pertama kali menginjak kaki di tanah Sandelwood sungguh terwujud dengan melihat langsung burung itu bertengger dan menikmati hidangan makan malam yang disuguhkan alam semesta.
Setelah kenyang, sepasang Julang Sumba itu perlahan-lahan beranjak dari pohon untuk kembali ke sarang mereka di tengah hutan belantara Manurara. Mata masih terus melihat saat sepasang kekasih itu terbang secara bersama-sama menuju ke lubang kayu di tengah hutan itu sebagai tempat tinggal mereka.