Pondok pesantren yang dibangun olehnya kemudian mengalami perkembangan yang pesat.
Baca juga: Menelusuri Sejarah Pendiri dan Peninggalan Kesultanan Demak
Namun, kemajuan pondok pesantren tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi Prabu Brawijaya V. Sebab, sang prabu khawatir Raden Patah berniat melakukan pemberontakan.
Kendati demikian, berkat pertemuan yang mengesankan dengan Raden Patah, Prabu Brawijaya V pun mengakuinya sebagai anak dan mengangkatnya menjadi bupati di wilayah tersebut.
Pada masa ini, Gelagah Wangi berubah nama menjadi Demak yang ibu kotanya berada di Bintara.
Baca juga: Wow! Serunya Menjelajahi Alam di Demak
Kekhawatiran Prabu Brawijaya menjadi kenyataan saat Raden Patah memutuskan untuk mengislamkan Kerajaan Majapahit.
Bersama adik tirinya, Raden Kusen, dan sang ayah tiri, Arya Damar, Raden Patah melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Majapahit.
Baca juga: Sejarah Kerajaan Majapahit, Berhasil Satukan Nusantara, tetapi Runtuh akibat Perang Saudara
Dalam kisah Babad Tanah jawa dan Serat Kanda, disebutkan bahwa Sunan Ampel awalnya melarang pemberontakan tersebut.
Pasalnya, menurut Sunan Ampel, meski Prabu Brawijaya menganut agama yang berbeda, ia tetaplah ayah kandung Raden Patah.
Namun, saat Sunan Ampel meninggal, Raden Patah tetap melancarkan serangan terhadap Majapahit. Serangan tersebut berhasil dimenangkan oleh pihak Raden Patah.
Ia kemudian memindahkan Prabu Brawijaya ke Demak bersama dengan sejumlah barang, di antaranya adalah gamelan dan persenjataan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.