Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghirup Eksistensi Budaya dan Kemurnian Alam Baduy di Tengah Gempuran Arus Modernisasi

Kompas.com - 06/04/2016, 19:20 WIB

Saat matahari terbit, kami sampai di jembatan bambu di kampung Gajeboh yang diciptakan dari rangkaian bambu besar dan panjang dengan konstruksi alami tanpa menggunakan paku sama sekali.

Menaiki jembatan bambu yang berada persis di atas sungai ini sungguh mendebarkan karena kalau naik di atasnya ada gerakan jembatan bergoyang ke kiri dan ke kanan sehingga membuat saya yang cukup takut dengan ketinggian tidak berani melihat ke bawah jembatan.

Sebelum turun ke perkampungan Baduy (dokpri Rahayu) Selama hampir lima jam perjalanan, kami melewati sekitar lima jembatan bambu yang menghubungkan antara satu perkampungan Baduy dengan perkampungan lain.

Setelah menemui beberapa sungai, kami pun akhirnya berhenti pada satu aliran dan langsung meminum dari air sungai yang jernih. Keringat saya mengucur deras sampai membuat baju basah kuyup dan muka memerah sementara persediaan air minum kami sudah habis.

Mengaliri tenggorokan dengan air pegunungan jernih rasanya lega dan segar banget. Inilah namanya benar-benar air pegunungan asli. Ternyata tidak sia-sia kami menempuh perjalanan yang cukup panjang nan memberatkan ini.

Kami melewati beberapa perkampungan Baduy dan menangkap geliat aktivitas pagi suku Baduy yang sangat unik.

Ada ibu yang hendak berangkat ke ladang beserta anaknya, seorang bapak yang sedang membuat jaring ikan, wanita Baduy yang sedang menenun, dan anak-anak yang sangat bersemangat berlari dan mendaki serta menuruni bukit demi membawa ijuk kering hasil dari ladang untuk dibawa ke rumahnya.

Gerakan mereka sungguh lincah dan berlari-lari dengan lancar di area perbukitan yang menurun. Mungkin karena mereka sudah terbiasa sejak kecil naik turun bukit perkampungan Baduy ini.

Aktivitas pagi hari suku Baduy ternyata cukup padat dan beragam. Sungguh potret budaya yang tiada ternilai.

Dalam perjalanan, kami bertemu dengan Pak Sapri seorang suku Baduy Dalam asli dan berbincang mengenai banyak hal yang membuat saya semakin menyadari kalau ternyata Suku Baduy Dalam sangat patuh pada adat leluhur mereka.

Biasanya mereka hanya memakai pakaian dan ikat kepala berwarna putih yang merupakan hasil tenun sendiri dengan memanfaatkan bahan dan pewarnaan alami dari hutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com