Pantai yang juga disebut sebagai Pantai Batu Bolong merupakan pantai yang paling populer dikunjungi wisatawan di Sumba Barat Daya.
Salah satu ciri khas dari pantai ini adalah tebing batu yang memiliki bolongan besar. Marthen menuturkan bahwa wisatawan suka berfoto di sana sembari melihat matahari tenggelam.
“Walaupun tidak ada atraksi di sini selain batu bolong dan pasir putih, tapi ini yang dicari oleh wisatawan yang ingin mencari ketenangan,” kata Marthen.
Baca juga: Mengenal Ikon dari Sumba Lewat Festival Kuda Sandalwood
Terletak sekitar 9 km dari Kota Waikabubak, tempat ini disebut Bendungan Waikelo Sawah karena dikelilingi persawahan.
Di sana terdapat gua yang mengeluarkan air yang dijadikan sebagai bendungan oleh pemerintah setempat untuk mengairi sawah.
Tepat di bawah bendungan tersebut terdapat sebuah air terjun kecil yang menjadi sebuah tempat pariwisata tersendiri yang tidak kalah unik.
“Air terjun ini aman untuk adik-adik kita yang masih kecil karena tidak terlalu tinggi. Jadi bisa bermain sembari menikmati keindahan sawah dan alamnya,” kata Marthen.
Baca juga: 6 Destinasi Wisata Di Sumba, Pesonanya Indah Tiada Tara
Kampung adat ini berada di Waikabubak, Sumba Barat dan memiliki waktu tempuh dari Bandara Tambolaka sekitar 45 menit menggunakan mobil.
“Ini merupakan simbol dari Kota Waikabubak, atau Provinsi Sumba Barat. Keunikannya adalah kampung ini terletak di tengah kota. Dikelilingi lapangan Manda Elu yang menjadi alun-alun Kota Waikabubak,” kata Marthen.
Sama seperti Kampung Adat Ratenggaro, Kampung Tarung masih mempertahankan rumah tradisionalnya. Hanya saja atap mereka posisinya lebih rentah hampir menyentuh tanah, dan tidak setinggi atap di kampung sebelumnya.
Di depan setiap rumah juga terdapat batu megalitikum yang dijadikan sebagai kuburan.
“Ada lagi yang unik dari kampung adat di Sumba adalah mereka sebagian besar terletak di atas bukit. Ini untuk menghindari serangan musuh. Mereka juga membuat jalan yang susah,” kata Marthen.
Terletak tidak jauh dari Kampung Tarung, kamu bisa berjalan kaki untuk menuju Kampung Bodo Ede.
Marthen menuturkan bahwa kampung adat ini memiliki banyak sekali pantangan. Sebab, setiap klan yang ada dalam kampung adat tersebut memiliki pantangan yang berbeda-beda.
“Tapi wisatawannya tidak takut. Ini jadi semacam sesuatu yang menarik bagi wisatawan karena banyak pantangan,” kata Marthen.
Ada pun beberapa pantangan yang dimaksud adalah tidak boleh memakai ilalang sebagai tusuk gigi, dan mengetuk-ngetuk bambu di sana.
Baca juga: Ratusan Kuda Ramaikan Festival Pasola di Sumba Barat
Kampung adat yang dikelilingi oleh pohon kedondong ini masih memiliki bangunan tradisionalnya. Mulai dari atap hingga batu megalitikum.
Di sana, masyarakatnya masih menggunakan kain khas Sumba dan melakukan kegiatan sehari-hari secara tradisional. Salah satunya adalah menumbuk padi.
“Ini, sama seperti kegiatan menenun yang dilakukan setiap hari oleh para wanita, tidak dilakukan untuk pariwisata,” kata Marthen.
Untuk masuk ke sini, wisatawan lokal setempat hanya dikenakan biaya Rp 10.000 saja. Dengan harga demikian, kamu sudah bisa meminjam kain adat untuk berfoto.
Sementara wisatawan Nusantara (wisnus) dikenakan biaya Rp 25.000 dan sudah mendapat fasilitas parkir gratis dan peminjaman kain adat. Untuk wisatawan mancanegara adalah Rp 50.000.
Baca juga: Berkenalan dengan Rumah Adat Sumba di Kampung Praijing
Pasola merupakan acara melempar lembing kayu yang dilakukan oleh para pemuda desa di Sumba dari atas kuda yang dipacu kencang yang berlawanan arah.
Tradisi ini merupakan tradisi perang-perangan yang bisa disaksikan saat berkunjung ke Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.
Salah satu lapangan yang kerap dijadikan sebagai arena pasola di Lamboya adalah Lapangan Hobba Kalla.
“Legendanya ini diawali dari Pantai Wanokaka. Sebelah timur lapangan di selatan Sumba Barat. Di sanalah terciptanya acara pasola, peperangan adat memperebutkan putri,” kata Marthen.
Pasola merupakan cara masyarakat Sumba mengenang legenda tersebut. Biasanya, mereka melakukannya di bulan Februari dan Maret mengikuti ritual adat yang sudah ada.
Sementara acara pasola di bulan lain merupakan acara yang sengaja dibuat untuk para wisatawan. Lembing yang digunakan juga terbuat dari bahan yang lunak agar tidak menyakitkan saat terkena lemparan.
Baca juga: Satu Malam Mengenal Budaya Sumba Tengah