Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/08/2021, 09:59 WIB
Markus Yuwono,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pengelola tempat wisata di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terpuruk akibat penutupan kawasan wisata selama lebih dari sebulan terakhir.

Sebagian besar dari mereka memilih mencari pekerjaan di sektor lain untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Koordinator Pokdarwis Kalisuci Muslam Winarto mengatakan, selama lebih dari sebulan terakhir aktivitas di kawasan Kalisuci di Padukuhan Jetih Wetan, Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu, berhenti total.

Baca juga: Pendapatan Gunungkidul Berpotensi Hilang Rp 5 Miliar akibat Tempat Wisata Tutup

 

Saat ini, dari 40-an orang warga yang terlibat, mereka mencari kerja di sektor lain agar dapur tetap mengepul lantaran tidak adanya pemasukan. 

"Ya nyari kerja masing-masing, ada yang buruh bangunan, petani, yang penting halal, sembari menunggu wisata dibuka kembali," kata Winarto saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (8/8/2021).

Kawasan Kalisuci, Kapanewon Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta Senin (22/6/2020)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Kawasan Kalisuci, Kapanewon Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta Senin (22/6/2020)

Sejak Maret 2020, Pandemi Covid-19 telah memukul sektor pariwisata karena harus tutup selama berbulan-bulan. 

Uji coba telah dilakukan di pertengahan tahun, tapi hasil yang didapat belum sama seperti sebelumnya.

Sebelum pandemi, kawasan Kalisuci mencatat rata-rata kunjungan 100 orang per hari. Namun, saat uji coba, kawasan tersebut hanya dikunjungi 15-20 orang.

Baca juga: Uji Coba Kalisuci Gunungkidul Dibuka, Masih Sepi Pengunjung

 

"Saat ini harus tutup lagi, pusing, repot juga. Semoga ada pelonggaran lagi dan kembali bisa dikunjungi," ucap Winarto. 

Diakuinya, jika nantinya kawasan tersebut dibuka kembali, pihaknya harus bekerja ekstra keras dalam memperkenalkan kawasan Kalisuci untuk menarik wisatawan.

"Nantinya jika dibuka kembali cukup berat, mulai dari nol lagi. Kami juga tengah memikirkan inovasi agar pengunjung mau datang. Apakah nanti dibuat paket desa wisata dengan kawasan Telaga Jonge, dan Gua Jomblang kita juga belum tau," ucapnya.

Baca juga: Kunjungi Kalisuci, Lee Seung Gi dan Jasper Liu Jajal Cave Tubing

Pemandangan Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta (Shutterstock/Berta Alviyanto).Shutterstock/Berta Alviyanto Pemandangan Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta (Shutterstock/Berta Alviyanto).

Senada dengan Winarto, Bidang Pemasaran Pokdarwis Gunung Api Purba Nglanggeran Heru Purwanto mengatakan, sebagian besar warga yang selama ini aktif di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran beralih profesi.

"Ada yang usaha, kerja di sektor lain. Kalau saya memelihara maggot," ucap Heru.

Baca juga: Itinerary Wisata Seharian di Nglanggeran Yogyakarta, Bisa Bajak Sawah

Dijelaskannya, di Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran menampung 150 orang pekerja. Selain itu, sektor usaha lain di kawasan tersebut juga terdampak penutupan.

Ia berharap semoga semakin membaik, dan bisa kembali normal kembali.

Pengunjung berjalan di antara pohon pinus di Hutan Pinus MangunanKompas.com/Anggara Wikan Prasetya Pengunjung berjalan di antara pohon pinus di Hutan Pinus Mangunan

Sementara itu, pelaku sektor pariwisata di kawasan Hutan Pinus, Kalurahan Mangunan, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, juga tidak jauh berbeda.

Koperasi Notowono, Mangunan, Kapanewon Dlingo, Purwo Harsono mengatakan, pandemi Covid-19 selama lebih dari 1,5 tahun ini cukup memukul sektor pariwisata di kawasan hutan pinus.

Dari 700-an pekerja, kini hanya tersisa 400-an pekerja karena berbagai faktor, salah satunya menurunnya kunjungan wisatawan.

Baca juga: Pengelola Hutan Pinus Mangunan Siapkan Inovasi untuk Sambut Wisatawan di Tengah Pandemi

Dari data Koperasi Notowono, puncak kunjungan terjadi pada tahun 2018 lalu. Saat itu wisatawan yang berkunjung lebih dari 2,7 juta. Namun, angka tersebut turun drastis di tahun 2020 hingga 80 persen.

Menurut Ipung, panggilan akrab Purwo Harsono, para pekerja yang selama beberapa tahun terakhir menggantungkan hidup dari 10 lokasi wisata di hutan pinus, kini mereka kembali bekerja serabutan. Ada yang menjadi petani, tukang batu, dan pengusaha kerajinan.

Mereka berusaha untuk bertahan hidup di tengah situasi yang tidak menentu.

Baca juga: Hutan Pinus Mangunan, Tempat “Ngadem” nan Fotogenik di Jogja

Tahun ini, hutan pinus kembali tutup sementara karena kebijakan PPKM level 4.

Ipung mengaku hanya bisa pasrah dan mengikuti peraturan dari pemerintah.

"Sejak awal komitmen kami ikut pemerintah. Mau diperpanjang sampai kapan pun kami hanya bisa mengikuti," ucap Ipung. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com