Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suasana di Bali saat Nyepi 2022, Jalanan Kosong dan Listrik Mati

Kompas.com - 01/03/2022, 19:14 WIB
Ulfa Arieza ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Umat Hindu sebentar lagi akan memperingati Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 pada Kamis (03/03/2022).

Suasana perayaan Nyepi akan sangat terasa di Pulau Bali lantaran mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Rangkaian perayaan Nyepi 2022 dimulai dengan upacara Melasti dan diakhiri dengan Ngembak Geni.

Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana I Gede Pitana mengatakan, pada Hari Suci Nyepi, umat Hindu akan melakukan Catur Brata Penyepian.

Catur Brata Penyepian meliputi empat pantangan, yakni amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak melakukan kegiatan hiburan).

Baca juga:

“Tahun baru itu dirayakan dengan melakukan introspeksi diri, sehingga kita melaksanakan dengan cara yang sepi atau menyepi yang merupakan cara terbaik untuk introspeksi diri, jadi orang introspeksi diri akan lebih bagus jika dalam sepi, tidak dalam ramai-ramai,” terangnya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (28/02/2022).

Oleh sebab itu, suasana Bali akan sangat berbeda dengan hari-hari biasanya saat perayaan Nyepi tiba. Meskipun dimulai dengan rangkaian upacara yang dihadiri ribuan umat, namun ketika Hari Nyepi tiba, semua umat Hindu akan melaksanakan empat pantangan tersebut.

Berikut gambaran suasana Bali ketika perayaan Nyepi 2022.

Suasana Nyepi di Bali

1. Upacara Melasti

Umat Hindu melaksanakan persembahyangan saat upacara Melasti jelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 di Pantai Padang Galak, Denpasar, Bali, Senin (28/2/2022). Upacara yang serentak dilaksanakan umat Hindu se-Bali tersebut untuk menyucikan diri secara lahir dan batin dalam menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1944 pada 3 Maret 2022 mendatang dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan membatasi jumlah umat guna mencegah penyebaran COVID-19 klaster upacara keagamaan.Antara Foto/Nyoman Hendra Wibowo Umat Hindu melaksanakan persembahyangan saat upacara Melasti jelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 di Pantai Padang Galak, Denpasar, Bali, Senin (28/2/2022). Upacara yang serentak dilaksanakan umat Hindu se-Bali tersebut untuk menyucikan diri secara lahir dan batin dalam menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1944 pada 3 Maret 2022 mendatang dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan membatasi jumlah umat guna mencegah penyebaran COVID-19 klaster upacara keagamaan.

Sejumlah umat Hindu di Bali telah mulai melakukan upacara Melasti. Mengutip Antara, Senin (28/02/2022), sekitar 2.000 umat Hindu mendatangani Pantai Padanggalak di Denpasar, Bali kemarin untuk menggelar upacara Melasti.

Upacara Melasti sendiri merupakan rangkain dari perayaan Nyepi yang dilakukan dengan menyucikan sarana sembahyang ke tempat pembersihan seperti laut atau sumber mata air lain yang dianggap suci.

Mendesa atau Pemimpin Desa Adat Peguyangan Denpasar, Bali Ketut Sutama mengatakan, upacara Melasti pada perayaan Nyepi 2022 ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Jadi, jumlah umat yang mengikuti upacara dibatasi sebesar 70 persen dari kapasitas.

Selain itu mereka yang berpartisipasi wajib mematuhi protokol kesehatan.

“Biasanya mencapai 6.000-7.000 umat, sekarang dengan kami adakan pembatsan maksimal, satu pura maksimal jangan lebih dari 20 kalau bisa secukupnya, sekali pergerakan rombongan itu 60 kendaraan, kurang lebih antara 2.000 orang,” ujarnya.

Baca juga: Rangkaian Perayaan Hari Nyepi dan Maknanya

2. Pawai ogoh-ogoh

Setelah upacara Melasti, rangkaian perayaan Nyepi selanjutnya adalah Tawur Kesanga yang identik dengan festival ogoh-ogoh. Pitana menuturkan ogoh-ogoh merupakan simbol dari energi jelek atau negatif manusia.

“Makanya, sehari sebelum Nyepi dilakukan upacara untuk mengendalikan segala energi jelek atau negatif yang disebut dengan butha kala yang kemudian disimbolkan dengan membakar ogoh-ogoh,” terangnya.

Festival ini kerap menyedot perhatian wisatawan bahkan mereka bisa turut serta mengarak ogoh-ogoh.

Namun, belum ada kepastian mengenai pawai ogoh-ogoh pada perayaan Nyepi 2022, berkaitan dengan kondisi pandemi Covid-19.

Berdasarkan informasi Kompas.com, Selasa (15/02/2022), Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali resmi meniadakan pawai ogoh-ogoh pada Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1944 karena kasus Covid-19 di Bali masih terus melonjak.

Namun, Gubernur Bali Wayan Koster mengizinkan generasi muda atau yowana menggelar parade pawai ogoh-ogoh tersebut, berdasarkan informasi dari Kompas.com, Rabu (16/02/2022).

Baca juga: Simak Fakta Menarik Seputar Nyepi di Bali Saat Pandemi Covid-19

Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memantau situasi di dekat Gereja Katolik Roh Kudus Katedral saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943 di wilayah Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Minggu (14/3/2021). Pengamanan tersebut untuk menjamin keamanan dan kelancaran umat Hindu dalam menjalani 'catur brata penyepian' dengan tidak bekerja (amati karya), tidak bepergian (amati lelungan), tidak menyalakan api (amati geni) dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan) selama 24 jam.ANTARA FOTO/NYOMAN HENDRA WIBOWO Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memantau situasi di dekat Gereja Katolik Roh Kudus Katedral saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943 di wilayah Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Minggu (14/3/2021). Pengamanan tersebut untuk menjamin keamanan dan kelancaran umat Hindu dalam menjalani 'catur brata penyepian' dengan tidak bekerja (amati karya), tidak bepergian (amati lelungan), tidak menyalakan api (amati geni) dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan) selama 24 jam.

3. Jalanan kosong

Saat Hari Raya Nyepi tiba, semua umat Hindu melakukan Catur Brata Penyepian. Jalanan yang biasanya ramai menjadi lengang karena tidak ada warga yang melintas kecuali mobil ambulance untuk kondisi darurat. 

Hal ini sejalan dengan pantangan amati lelungan alias tidak bepergian.

“Kalau pergi ke Denpasar, Singaraja, termasuk Kuta yang paling ramai, maka jalan-jalan total sepi, total tidak ada orang,” terang Pitana.

4. Fasilitas publik tutup

Pitana menuturkan semua fasilitas publik, seperti pusat perbelanjaan, pasar, bandara, dan kantor, tutup pada Hari Raya Nyepi. Kecuali yang sifatnya darurat seperti rumah sakit.

Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali, misalnya, dipastikan menutup operasional bandara selama 24 jam penuh. Informasi tersebut telah dikonfirmasi langsung oleh Stakeholder Relation Manager Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Taufan Yudhistira.

"Hari Kamis, tanggal 3 Maret 2022 dimulai dari pukul 06.00 WITA sampai hari Jumat tanggal 4 Maret 2022 pukul 06.00 WITA, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali tutup secara operasional," kata Taufan Yudhistira kepada Kompas.com.

Taufan menambahkan, penutupan operasional tersebut akan berlaku untuk operasional bandara dan penerbangan. Namun, kebijakan dikecualikan untuk penerbangan darurat termasuk evakuasi medis (medical evacuation flight).

Baca juga: Nyepi di Bali, Bandara I Gusti Ngurah Rai Tutup 3-4 Maret 2022

5. Listrik mati

Sejalan dengan pantangan amati geni atau tidak menyalakan api, maka umat Hindu juga mematikan listrik selama Hari Raya Nyepi.

“Tidak ada orang menyalakan listrik dan sebagainya karena dilarang menghidupkan api, amati ageni. Jadi, suasananya betul-betul sepi,” ujar Pitana.

Namun, PT PLN (Persero) memastikan tidak ada pemadaman listrik sehingga aliran listrik di Bali tetap menyala.

Mengutip Kompas TV, Jumat (26/02/2022), PLN di wilayah Bali mengatakan terus bersiaga mengantisipasi gangguan listrik di rumah pelanggan. Khususnya di lokasi darurat, seperti rumah sakit.

Jika terjadi gangguan aliran listrik, para pelanggan diimbau melapor kepada aparat adat sehingga penanganan dapat dilakukan dengan pengawalan pecalang.

Sementara khusus di Pulau Nusa Penida, pemadaman listrik dilakukan selama 24 jam, sesuai kesepakatan pemerintah setempat. Hal ini karena listrik di Nusa Penida memiliki pembangkit sendiri yang dikhawatirkan mengganggu Catur Brata Penyepian

Meski tidak ada pemadaman listrik dari PLN, namun umat Hindu secara mandiri mematikan listrik di kediaman masing-masing untuk melaksanakan Catur Brata Penyepian. 

Baca juga: 7 Hotel di Bali Beri Promo Nyepi 2022, Mulai dari Rp 1 Juta-an

Suasana Bali saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943 terlihat dari kawasan Ungasan, Badung, Bali, Minggu (14/3/2021). Seluruh kawasan pariwisata, ruas jalan dan objek vital di wilayah Bali yang ramai pada hari biasa, terpantau lengang pada Hari Raya Nyepi saat umat Hindu menjalani catur brata penyepian selama 24 jam hingga Senin (15/3) pukul 06.00 WITA.ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF Suasana Bali saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943 terlihat dari kawasan Ungasan, Badung, Bali, Minggu (14/3/2021). Seluruh kawasan pariwisata, ruas jalan dan objek vital di wilayah Bali yang ramai pada hari biasa, terpantau lengang pada Hari Raya Nyepi saat umat Hindu menjalani catur brata penyepian selama 24 jam hingga Senin (15/3) pukul 06.00 WITA.

6. Udara Bali lebih bersih

Setelah sehari Bali bebas polusi kendaraan maupun penggunaan listrik, maka udara di Bali sehari setelah perayaan Nyepi pada umumnya menjadi sangat bersih dan segar.

Pitana menuturkan, secara ilmiah pelaksanaan Catur Brata Penyepian memberikan waktu istirahat kepada alam selama 24 jam.

“Dari segi ilmiahnya, Hari Suci Nyepi itu merupakan kesempatan untuk memberikan alam ini istirahat 24 jam tanpa polusi, tanpa pengunaan BBM, batu bara, listrik, mesin-mesin dan sebagainya. Sehingga, kalau kita lihat udara pagi hari setelah Nyepi pasti sangat amat jernih,” ujarnya.

7. Petugas adat siaga

Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memantau situasi di dekat Monumen Perjuangan Rakyat Bali saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943 di wilayah Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Minggu (14/3/2021). Pengamanan tersebut untuk menjamin keamanan dan kelancaran umat Hindu dalam menjalani 'catur brata penyepian' dengan tidak bekerja (amati karya), tidak bepergian (amati lelungan), tidak menyalakan api (amati geni) dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan) selama 24 jam.ANTARA FOTO/NYOMAN HENDRA WIBOWO Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memantau situasi di dekat Monumen Perjuangan Rakyat Bali saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943 di wilayah Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Minggu (14/3/2021). Pengamanan tersebut untuk menjamin keamanan dan kelancaran umat Hindu dalam menjalani 'catur brata penyepian' dengan tidak bekerja (amati karya), tidak bepergian (amati lelungan), tidak menyalakan api (amati geni) dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan) selama 24 jam.

Untuk menjaga ketertiban dan keamanaan perayaan Nyepi, maka sejumlah polisi tradisional yang disebut pecalang akan bersiaga. Mereka bersiaga di jalan-jalan utama, fasilitas publik, hingga keliling ke kediaman warga.

“Untuk menjaga ketertiban dan keamanan secara tradisional, ada polisi tradisional yang disebut dengan pecalang yang melakukan monitoring terhadap pelaksanaan Hari Suci Nyepi,” ujar Pitana.

Baca juga: Ucapan Hari Raya Nyepi, Pakai Bahasa Indonesia atau Bahasa Bali?

8. Simbol toleransi agama

Pitana menuturkan, pelaksanaan Nyepi di Bali merupakan simbol toleransi beragama. Sebab, meskipun merupakan hari raya umat Hindu, namun penganut keyakinan lainnya tetap menghormati pelaksanaan Catur Brata Penyepian.

Misalnya, tak ada orang keluar rumah di lokasi-lokasi yang didominasi umat Islam. Serupa, umat Kristiani pun melaksanakan ibadah dengan menjaga ketenangan Hari Raya Nyepi.

“Jadi, itu yang patut kita hargai, bagaimana toleransi di Bali dan ini perlu dipelajari teman-teman di daerah lain ketika kita bicara kebhinnekaan. Kami tidak paksakan kehendak, tapi atas kesadaran sendiri teman-teman non Hindu ikut menghargai apa yang kami rayakan,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com