KOMPAS.com - Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dalam menyambut bulan Ramadan dan merayakan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Tak terkecuali di Gorontalo.
Dikutip dari laman Indonesia.Travel, Senin (8/4/2024), berikut beberapa tradisi yang dilakukan di wilayah tersebut:
Baca juga:
Setiap tahunnya, Pemerintah Gorontalo bekerja sama dengan masyarakat mengadakan Festival Tumbilotohe.
Dalam bahasa lokal, kata "tumbilo" berarti memasang, sedangkan "tohe" mengacu pada lampu. Dengan demikian, tradisi yang telah berlangsung sejak abad ke-15 ini dapat dijelaskan sebagai malam untuk memasang lampu.
Dalam festival ini, seluruh kabupaten berpartisipasi dalam kompetisi memasang lampu yang paling menarik dan kreatif.
Lampu-lampu tersebut dipasang di pinggir jalan, di sepanjang pematang sawah, di tepi sungai, dan di tepi Danau Limboto.
Masyarakat akan menyalakan lampu-lampu tersebut secara serentak setelah salat magrib, lalu berkeliling di sekitar daerah mereka untuk menikmati panorama lampu.
Baca juga:
Dikutip dari laman Pemerintah Kota Gorontalo, Pasar Senggol dikenal pula sebagai Pasar Rakyat Ramadan. Biasanya diadakan menjelang Lebaran.
Sesuai namanya, di pasar ini tersedia berbagai kebutuhan masyarakat untuk menyambut perayaan tersebut. Kamu bisa menjumpai aneka kue kering dan mukena.
Baca juga: 10 Wisata Pantai di Gorontalo yang Terkenal
View this post on Instagram
Selain Festival Tumbilotohe, Gorontalo juga mengadakan Festival Bedug Takbiran dan Gebyar Ketupat.
Pada Festival Bedug Takbiran, biasanya ratusan anak muda akan mengikuti lomba menabuh bedug. Umumnya acara ini diadakan di Lapangan Taruna Remaja, Kota Gorontalo.
Sementara itu, pada Gebyar Ketupat, akan ada pawai makanan terpanjang yang membentang dari Patung Ketupat dari Isimu hingga lapangan pacuan kuda di Kabupaten Gorontalo.
Baca juga: 7 Wisata Bukit di Gorontalo, Ada Negeri di Atas Awan
Masyarakat Gorontalo memiliki tradisi unik untuk menutupi wajah mereka dengan masker lokal. Namanya Mohibadaa.
Dilaporkan oleh Kompas.com, Senin (21/5/2018), sebetulnya tradisi ini tak harus dilakukan saat bulan Ramadan.
Akan tetapi, melakukan Mohibadaa saat bulan Ramadan akan lebih spesial lantaran kulit terasa lebih kering akibat menahan makan dan minum, ditambah panasnya cuaca di Gorontalo.
Ramuan masker Mohibadaa umumnya terdiri dari tepung beras, kencur, bangle, dan kunyit.
Baca juga: Wisata ke Danau Perintis di Gorontalo, Nikmati Panorama Alam Sambil Kulineran
Masyarakat Gorontalo disebut menyukai rasa manis dan gurih untuk berbuka puasa. Makanan yang bisa dinikmati pada waktu itu, antara lain popaco dan lalampa.
Popaco adalah kue lokal yang manis legit, kenyal, dan wangi, sedangkan lalampa lebih gurih dan terkadang pedas.
Baca juga: Mandi Safar, Tradisi Masyarakat Gorontalo yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram